Gadis Kecil Penjelajah Dunia

May 11, 2017 Nisa 0 Comments



Senja menjelang malam. Di punggung bukit ini mentari bersandar. Bias cahayanya lembut mewarnai langit barat. Sadar atau tidak sadar bias cahaya itu telah mengubah wajah bukit sandaran matahari ini jadi sebuah fenomena: tentang perubahan sebuah lukisan realis yang tanpa ada satu garis pun melenceng, menjadi sebuah siluet bukit dengan jejeran nyiur berlatar langit senja kemerah-merahan.Indah.
Aku selalu menyukai fenomena menawan ini.Aku selalu bermimpi berada di atas puncak gunung dan melihat berbagai macam fenomena yang lebih menawan. Mungkin,untuk sebagian orang mimpiku adalah mimpi konyol yang tak mungkin bisa dilakukan oleh gadis seusiaku. Tapi,bagiku m
impi itu ibarat gunung,mereka hanya diam dan tidak pernah pergi kemana-mana. Kita hanya perlu menentukan bagaimana cara kita mendapatkan mimpi itu.
Beberapa minggu yang lalu, dengan tekad yang bulat aku memutuskan pergi mendaki bersama seorang kawan karibku,Alvi. Ya! Kita pergi mendaki hanya berdua,dan kita berdua adalah dua orang gadis nekad yang percaya bahwa inilah cara kita mendapatkan mimpi kita. Karena mimpi kita berada diatas puncak gunung.
“Capek ya,kapan nyampe sih?” Ucap Alvi sambil mengusap dahinya yang dipenuhi banyak keringat.
Aku hanya menggelengkan kepala dan tersenyum melihat tingkah Alvi.
Singkat cerita, setelah beberapa jam kita berjalan akhirnya kita sampai di tempat yang selalu menjadi impian kita.Puncak.
Rasa lelah yang sejak tadi kurasakan,hilang begitu saja setelah aku melihat keindahan ciptaan-Nya. Dalam keagungan ciptaan Tuhan kita hanyalah sebagian kecil yang tak berharga. Untuk apa kita sombong?
Aku dan Alvi memutuskan untuk menginap satu malam dan mendirikan tenda.Langit saat malam itu begitu hitam sampai batasnya dengan bumi hilang. Akibatnya,bintangdan lampu kota bersatu, seolah-olah berada di satu bidang. Indah, kan?.
Terkadang ada saat dimana gelap malam seakan mampu mengerti kamu lebih dari yang lain. Bersama bintang. Bersama bulan. Bersama langit malam. Cukup dengan melihat alam, kamu merasakan kedamaian.
Keesokan harinya,Aku dan Alvi bergegas pulang kerumah.
“Semoga kita bisa bertemu lagi wahai kabut pagi,hutan dan puncak” Ucapku dalam hati.
Sesampainya dirumah, yang kuharapkan memang tak sesuai dengan kenyataannya.Lagi dan lagi, Ayahku memang tidak mengizinkan anak perempuannya ini mempunyai bahkan melakukan hobby nya yang menurut dia bahaya dan tidak ada manfaatnya.Tapi,bagiku itu bukanlah penghambat. Mengapa kita harus menyerah untuk sesuatu yang pantas kita perjuangkan?
Jujur saja, telingaku sudah panas dan bosan setiap kali aku pulang dari pendakianku, selalu saja tak ada penyambutan kepulanganku dengan setidaknya menanyakan ‘Apa kabar?’.Sebaliknya, selalu omelan yang kudapatkan.
Hobbyku ini memang mengundang banyak komentar negatif orang-orang, cacian bahkan makian.Alasan mereka karena katanya perempuan berhijab sepertiku tidak sepatutnya mempunyai hobby mendaki gunung bahkan tidak pantas mempunyai impian untuk menjelajah dunia.
Jangankan orang-orang diluaran sana. Orang-orang terdekat pun seakan tak percaya akan semua mimpiku itu, salah satunya Ayahku. Tapi apa salahnya? I do what I love, and I love what I do.

 *****
Hari ini,hari cantik dan tanggal cantik kesukaanku, Ya! Hari libur dan tanggal merah.Karena, di hari dan tanggal itu aku bisa melanjutkan pendakianku.
 “Yah,mau ngelanjutin pendakian boleh? Mumpung 3 hari libur” Ucapku hati-hati
“Udah berapa kali Ayah bilang?Hobby kamu yang gak ada gunanya itu gausah kamu lanjutin!” Jawab ayahku dengan nada sedikit meninggi.
“Tapi, Ayah gatau soal mendaki. Yang Ayah tau hanya hal negatif.Yah, Ga semua yang Ayah pikir buruk itu memang kenyataannya buruk.Jangan menilai sesuatu dari apa yang ayah dengar, tapi nilailah sesuatu dari apa yang Ayah Lihat” Ucapku
“Kamu adalah tanggung jawab Ayah.Kamu gak seharusnya melakukan sesuatu yang Ayah larang.Apa untungnya mendaki buat kamu? Sebegitu banyakkah manfaatnya sampai kamu menjadi keras kepala demi pendakian itu?”Ucap ayahku naik oktaf
 Aku hanya terdiam. Aku sudah tak tahan mendengar ocehan Ayahku.
“Nasihat ayah adalah kewajiban yang harus kamu turuti.Jangan  membantah!” Lanjut ayahku
“Yah,
Selama ini Ayah selalu bilang, sejak aku lahir ke dunia ini, aku sudah punya tugas &kewajiban yang harus aku jalani. Ibadah.Tapi enggak cuma shalat, belajar, sekolah.Senyum ke orang pun bisa jadi ibadah. Tapi semua ibadah-ibadah itu cuma bisa aku jalani dengan kesungguhan dari diri aku sendiri. Tapi disini aku yang mengatur hak aku untuk menentukan dimana & bagaimana aku menentukan kewajiban itu.Selama ini aku sudah melaksanakan kewajibanku. Lalu apa salahnya jika sekarang aku menggunakan hak aku,Untuk memilih apa yang aku suka."Ucapku dengan nada yang lebih rendah
 Ayahku terdiam beberapa saat
“Apa yang kamu inginkan?”Tanya Ayahku
“Aku hanya ingin menjadi seorang muslim yang mampu menjelajahi dunia. Dan yang perlu ayah tau, Pendakian dan perjalanan itu memberikan kesan dan cerita tersendiri buatku” Ucapku
“Lanjutkan perjalanan dan pendakianmu.Gunakanlah hakmu dengan baik. Ayah beri kamu kesempatan. Jangan sampai kecewakan Ayah.”Ucapnya dengan nada pelan
“Baik Yah,terimakasih” Ucapku,senang rasanya setelah selama ini menanti jawaban indah itu,akhirnya keluar dari mulut Ayahku
 Karena
Tuhan selalu memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.
Keesokan harinya,akupun menyiapkan persiapan yang harus aku bawa. Rasanya ada yang beda, biasanya aku menyiapkan sendirian. Tapi, hari ini Ayah dan Ibuku membantuku menyiapkan kebutuhanku.Inilah yang aku inginkan sejak dulu.
Sore harinya,aku pun berangkat bersama Alvi. Destinasiku kali ini adalah gunung bongkok,gunung tertinggi di Purwakarta. Sekitar 3 jam perjalanan,jarak yang tidak terlalu jauh dari rumahku.
Sesampainya disana,seperti biasa aku dan alvi melakukan registrasi terlebih dahulu agar tidak masuk daftar hitam.
Perjalanan dari pos registrasi menuju pos 2 hanyalah 15menit.Dan, walaupun hanya di pos 2 tetapi kami sudah disuguhi pemandangan yang luar biasa indahnya. Karena malam sudah larut,aku dan alvi memutuskan untuk summit menuju puncak besok pagi.
Singkat cerita, kamipun sudah berada dipuncak.Perjalanan dari pos 2 menuju puncak sekitar 2-3 jam. Dan dipuncak kami bergabung bersama para pendaki lain. Bukan hanya untuk menikmati keindahan,tapi salah satu tujuan mendaki adalah mendapatkan keluarga baru. Saat kita berjuang bersama-sama meraih puncak.Terkadang kebersamaan yang kita lalui jauh lebih berarti daripada puncak yang telah kita capai. Apalagi yang lebih romantis dari berkumpulnya orang-orang dengan semangat yang sama dalam satu lingkaran?.
Perjalanan  adalah belajar melihat dunia luar,juga belajar untuk melihat kedalam diri. Pulang memang adalah jalan yang harus dijalani semua pejalan. Dari titik nol kita berangkat,kepada titik nol kita kembali.

*****
*1 Bulan Kemudian*
Rasanya aku rindu pendakian.Sudah lebih dari satu bulan aku tidak mendaki.Hai gunung. Hai Puncak. Hai hutan rimba.Hai tanjakan curam.Aku rindu.
1Bulan ini aku hanya fokus memikirkan tugas-tugas sekolah yang menumpuk.Karena bagaimanapun sekolah jauh lebih penting. Tapi, bukan berarti aku akan berhenti untuk melanjutkan perjalananku sebagai Hijab Traveler’s.

Hari demi hari,hanya satu hal yang kunanti. Tanggal merah.

         Akhirnya, tanggal merah itupun datang. Destinasiku selanjutnya adalah Gunung Guntur,yang terletak di Garut. Yang menurut orang-orang treknya mirip seperti trek menuju Gunung Semeru.
Dan,yang pasti pada perjalanan Kali ini aku tidak hanya berdua dengan alvi tapi kami pergi bersama para pendaki asal Jakarta,yang umurnya 8tahun lebih tua dariku.
Meskipun sekarang ayahku mendukung hobbyku bukan berarti aku tidak harus izin.Karena bagaimanapun izin dan restu dari orangtua adalah yang terpenting.
“Yah,besok aku mau pergi mendaki ke Gunung Guntur di Garut” Ucapku
“Wah jauh ya,tapi tidak masalah. Asalkan kamu tidak melupakan kewajiban kamu sebagai seorang muslim,sholat. Dan kamu harus bisa jaga diri”Ucap ayahku
“Iya yah”
“Jadilah Ibnu Batutah untuk ayah”
“Ibnu Batutah?” tanyaku
“Ya,Ibnu Batutah. Seorang penjelajah muslim yang menjadi rujukan dunia.
Kehebatannya mampu melampui sejumlah penjelajah Eropa, seperti Christopher Columbus, Vasco da Gamma, dan Magellan. Dia menempuh perjalanan 120 ribu mil membelah lautan, tanpa bantuan mobil, kapal laut atau pesawat terbang. Kamu harus jadi seorang muslimah yang mampu menjelajahi dunia” Ucap ayahku
“Aku akan menjadi Ibnu Batutah untuk ayah” Ucapku tersenyum
*****
Gunung Guntur,Gunung yang memiliki ketinggian 2.249 Mdpl tapi memiliki sejuta pesona yang akan membuat siapa saja yang mengunjunginya akan berdecak kagum akan keindahannya.
Ketika malam datang, berdesir suara angin,pelan,riuh rendah melewati batas lembah. Bunyi suaranya,seolah sedang terjadi perbincangan. Memecah batas sunyi.
Sementara yang lain terlelap,aku keluar tenda malam itu. Menikmati kemegahan malam,meyaksikan gemerlap bintang.
“Aku pernah memimpikannya. Tapi melihatnya sedekat ini,selalu memberikan perasaan tersendiri” Ucapku dalam hati.
Langit malam berikan terangnya,nyanyikan rindu pada jejak sang petualang. Gemilang bintang warnai langit,terangi relung,dari jiwa para pengelana.
Ketika matahari terbit kita akan melihat spectrum warna jingga dibatas cakrawala yang sangat menawan. Tampak di bawah kota Garut masih tampak tertidur dengan lampu kota masih banyak yang menyala. Tampak di kejauhan Gunung Galunggung membuat perpaduan yang sangat menarik. Semakin tinggi matahari semakin nampak kemegahan alam raya ini. Di kejauhan juga nampak Gunung Cikuray dengan bentuk segitiga sama sisi sempurna. Juga terlihat Gunung Papandayan yang selalu berasap dan di utara tampak Gunung Ciremai yang merupakan Gunung tertinggi di Jawa Barat. Dan dari kejauhan juga muncul Gunung Slamet yang masih terus murka.
           Ini bukanlah akhir dari perjalananku.Masih banyak tempat-tempat indah yang belum aku kunjungi.
Karena disetiap pendakian atau perjalanan pasti selalu menyimpan kesan dan cerita tersendiri.
            Diperjalanan, terkadang terbesit kejenuhan,kelelahan beriring kekecewaan,bahkan hampir saja aku menyerah, Hingga aku menganggap takkan sampai pada ‘keikhlasan’

            Pada akhirnya, seiring kesabaran kini aku telah memahami banyak hal, dibalik duka dan luka yang dahulu menyempit didadaku, perlahan ia terbuka sejalan dengan usahaku. Kesabaran atas sikap Ayahku yang selalu melarangku melakukan pendakian kini terbayar sudah,Tiada lagi hujan dimataku yang kadang menyita hariku. Aku telah memahami arti kesabaran, Ia tak hanya terucap namun tertanam,bersama kedamaian hati seiring keikhlasan.

             Daun itu kecil,tapi jauh didalamnya terdapat banyak hal yang tersembunyi. Pendakian itu hanya satu kata,Tapi jauh didalamnya terdapat banyak kata,kalimat bahkan paragraf yang tak dapat diuraikan.
Jadilah seorang Muslimah yang mampu menjelajahi dunia. Hijab is not an obstacle to doing. Lets Travel!



Salam Lestari!

0 komentar: