Rasa Senyap Yang Kian Membiru

November 08, 2018 Nisa 0 Comments


Nestapa membawa duka
Harapan tinggalkan luka
Kenangan yang enggan ku buka
Meski penuh akan suka

Kau ; Pemilik rindu, penguasa candu
Aku ; Pemilik sendu, dalam persimpangan jalan yang buntu

Penantian ini kian membiru
Penopang pun kian meragu
Kini ku berada dalam titik haru
Rasa seolah berkata “Lebih baik ku buka lembar baru’


-Nisa MZ-
Oktober 2018

0 komentar:

Tuan,masihkah kau disana?

September 21, 2018 Nisa 1 Comments

Untuk tuan,
Yang mampu menenggelamkan tiap asa dalam tatapannya
Untuk tuan,
Pemilik teduh dalam tiap ucapannya
Untuk tuan,
Pelukis rindu yang kian menagih
Untuk tuan,
Tempat dari segala keluh yang tercurahkan

//

Kau memang mengagumkan
Bahkan terlalu mengagumkan untuk gadis sepertiku

//

Tentang kita,
Tentang Yogyakarta yang kala itu menjadi kota terhangat karena teduhnya malam --dan sikapmu
Tentang koridor sekolah yang kian menjadi tempat kita berpapasan pada saat itu --walau enggan untuk saling menyapa
Tentang komorebi yang selalu sudi untuk kutitipkan segumpal rindu untukmu
Tentang rasa yang diberi harap namun enggan menetap
Tentang sepaket kebahagian pada 18 Mei tahun lalu
Serta tentang puncak gunung yang diselimuti harapan kita berdua

//

Tuan,
Rasa ini rapuh
Hati ini kian ringkih
Harap ini kian resah
Impian ini kian patah

Walau asa ku kini direnggut nestapa
Semesta kian memberikan nelangsa
Harapku luntur sebelum jadi nyata
Badai kerapuhan kian menerpa

Kepadamu lah rasa ini akan tetap berlabuh
Meski luka lama tak lekas sembuh
Namun dirimu tetap utuh


-Nmz-
Bandung, 21 September 2018
12.28 Pm

1 komentar:

Figuran

September 13, 2018 Nisa 0 Comments

Dimana aku harus mencari kepastian?
Di relung hatimu, kah?
Di dalam ruang pilu ini, kah?
Atau,
Di dalam kisah kelam ini?

Aku memang tak pantas menuntut apapun
Lagipula,
Apa pentingnya aku dalam kisah ini?
Aku hanyalah sebagai peran figuran
Sedangkan kau dan perempuan pilihanmu itu berlari dan menari sebagai peran utama
Sedangkan aku?
Aku hanya datang ketika dibutuhkan
Aku hanya datang sebagai pelipur laramu

Semesta enggan membantuku keluar dari zona sesak ini,
Ia membiarkanku nelangsa bersama luka yang kau tanam
Semesta enggan pula membantuku membunuh waktu, waktu dimana hanya ada kau --dan aku
Ia membiarkanku tenggelam dalam masa kelam yang sama sekali tak kuharapkan

Pada akhirnya,
Aku hanyalah akan menjadi tempat singgah yang enggan kau jadikan sebagai tempatmu pulang.


-Nmz-
Bandung, 13 September 2018
9.52 Pm

0 komentar:

Antipati

September 11, 2018 Nisa 0 Comments

Katanya enggan menetap, namun mengapa malah singgah untuk jangka waktu yang lama?
Katanya enggan ingkar, namun mengapa terus menerus menaburkan dusta?
Katanya enggan menggoreskan luka, namun mengapa kau malah membiarkanku terjerembab dalam raga yang kian ringkih?

Untuk apa kau peduli?
Jika hanya untuk sekadar eksistensi
Atau sekadar mencari pengakuan diri

Kukira kau adalah rumah.
Kukira kau adalah tempatku pulang.
Kukira kau adalah tempatku menata semua harapan serta mimpiku tentang indahnya rindu serta penantian.

Ini realita, bukan sekadar cerita atau sekadar untuk formalitas semata.

-Nmz-
Bandung, 11 September 2018
8.16 Pm

0 komentar:

Biarkan.. [Komorebi]

September 05, 2018 Nisa 0 Comments

Biarkan rasa yang menjelma menjadi senyap ini menuangkan pilu dalam sebuah aksara yang sebenarnya enggan ia gurat
Biarkan pula kenyataan yang terjebak dalam ruang ilusi ini tetap bertahan meski atmosfer dalam ruang itu memaksanya untuk lekas pergi

Rasa ringkih ini pun sudah mampu membangun benteng pertahanan yang kian tegar walau diterpa semilir angin ketidakpastian

Biarkan ilusi ini terus membangun mimpi yang entah kapan akan terealisasikan.
Lagipula, mimpi tidak akan berlaku selamanya, bukan?
Mungkin, Nanti.
Ada saatnya mimpi serta ilusi yang terlanjur tumbuh besar akan luruh dengan sendirinya, kemudian menjadi kenangan yang pada akhirnya akan aku kubur dalam ruang pilu yang sesak dengan semua goresan luka

Kubilang nanti,
Bukan sekarang atau bahkan dalam waktu dekat ini
Aku yakin,
Rasa ini tak akan lagi tumbuh besar
Ia hanya akan menjadi lebih kuat bahkan tabah dalam menghadapi keapatisan sikapmu
Namun, seiring bertambahnya masa
Rasa pilu ini perlahan akan sirna, sampai akhirnya hilang

Kau membenci rasa itu?
Akupun.


-Nmz-
Bandung, 5 September 2018
21.56 Wib

0 komentar:

Peran Mahasiswa di Era Milenial

August 28, 2018 Nisa 7 Comments


Mahasiswa selalu disebut-sebut sebagai generasi pendobrak yang juga memiliki peran untuk berkecimpung dengan ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan yang lebih baik dengan intelektualitas yang ia miliki selama menjalani pendidikan. Tak hanya itu, mahasiswa juga berperan dalam agen perubahan serta sebagai penjaga nilai-nilai dalam ranah masyarakat.

Waktu akan terus berlajan, pun bersama masa yang terus mengikutinya, tak bisa dipungkiri kini kita tengah berada di Era Milenial, Era Milenial selalu diakitkan dengan segala bentuk kecanggihan teknologi dan juga tak bisa lepas dari titel ‘Kekinian’ . Internet serta sosial media pun menjadi pilar utama dalam kehidupan manusia, khusunya mahasiswa di era milenial ini.

Namun sayangnya, beberapa insan masih belum bisa memilah serta memilih antara kegiatan positif dan negatif di sosial media. Inilah masalahnya, mahasiswa generasi milenial yang seharusnya menjadi peran serta penopang dalam kemajuan bangsa ini malah melakukan hal-hal yang menyimpang. Ini juga yang harus kita perhatikan serta kita ubah, bukan berarti kita harus berhenti berkecimpung di dunia teknologi/internet. Sebagai mahasiswa di era milenial, kita harus mampu bijak dalam menggunakan media sosial, dengan tidak menjadikan media sosial sebagai tempat menyebarkan berita hoax atau bahkan malah menjadikan media sosial menjadi ajang penebar kebencian. Namun, jadikanlah media sosial sebagai tempat kita menyampaikan aspirasi positif yang mampu mengubah pola pikir masyarakat

Tak hanya itu, karena tingkat kecanggihan teknologi semakin tinggi, persaingan pun semakin ketat. Kita sebagai mahasiswa milenial harus mampu beradaptasi serta berkembang dengan cepat. Kita harus mampu membuka pola pikir kita agar lebih peduli dengan kehidupan sosial, karena bagaimanapun generasi muda Indonesia harus mampu menjadi mahir dalam segala bidang agar mampu bersaing dengan negara lain.

Inilah tantangan bagi kita,mahasiswa di era milenial. Apakah kita mampu mendobrak perubahan di era milenial ini? Karena musuh kita di era milenial bukan lagi para penjajah, namun ketidakmampuan dalam beradaptasi dan bersaing dalam ranah teknologi. Jadikanlah teknologi sebagai pilar kita untuk memajukan bangsa Indonesia.

Kau adalah generasi milenial, begitupun aku. Kita semua adalah generasi milenial. Namun, jadilah generasi milenial yang terdidik dan mempunyai semangat juang tinggi dalam melawan persaingan yang bisa menjatuhkan bangsa ini.

Salam Mahasiswa !

-Nmz-

7 komentar:

[Komorebi] Tak ada lagi alasan bertahan

August 11, 2018 Nisa 0 Comments


Selamat malam wahai perasaan ringkih,
Apa kabar ?
Masihkah menunggu ia yang tak akan pernah kembali?
Atau kian resah karena tak kunjung menemukan pengganti?

Wahai rasa ringkih,
Mengapa ia pergi begitu mudah?
Mengapa ia pergi tanpa lambaian tangan?
Mengapa pula ia membiarkanku jatuh terjerembab bersama luka yang dibiarkan tumbuh besar olehnya?

Wahai rasa yang kian resah menunggu ia pulang,
Bolehkah aku mengeluh?
Rasanya tak adil jika pada akhirnya aku tau, bahwa ia memang tak pantas kuperjuangkan sedalam ini

Namun,
Biarlah semuanya berakhir walau sebenarnya ini tak adil untukku,
Agar tak ada lagi hati yang dipatahkan terlalu dalam


-Nmz-
Subang, 11 Agustus 2018
7.09 PM

0 komentar:

[Komorebi] Tuan, siapakah puan-mu?

August 10, 2018 Nisa 0 Comments

Pada masa yang enggan mengikuti alur waktu,
Bersama roda rasa yang enggan berputar, namun hanya diam di satu titik yang sama
Serta dengan harapan yang kian mengakar, namun malah kau dibiarkan mati.

Tuan,
Katamu aku adalah puan-mu
Lantas mengapa kali ini kau memilih puan-mu yang lain?

Tuan,
Ingatkah saat ribuan badai menerpamu?
Ingatkah saat kau jatuh dalam lubang keterpurukan yang membuatmu enggan bangkit?
Tak sadarkah kau?
Aku disebelahmu, tuan
Lantas mengapa kali ini kau memilih pergi dan menghancurkan ruang harapan yang kutanam untukmu?

Tuan,
Biarlah aku menjadi pelipur laramu,
Walau tanpa bosan kau patahkan aku berulang kali
Aku tak apa, tuan

Tuan,
Biarlah aku mengubur rasaku bersama ucapan manis yang sempat kau ucapkan
Biarlah aku berusaha menghindar dari ratusan badai yang kau tanamkan dalam masa laluku

Tuan,
Biarlah sekuel cerita ini berakhir walau tanpa bahagia

-Nmz-
Subang, 10 Agustus 2018
9.34 pm

0 komentar:

ISLAM [Di Masa Millenial]

July 20, 2018 Nisa 0 Comments

Aku mematung dalam sebuah ruangan dengan pencahayaan tak terlalu terang
Pikiranku membawaku melompat dari satu masa ke masa yang lain
Kulihat dalam satu masa, sekumpulan orang tertawa dengan begitu lantang padahal mereka tengah melakukan dosa yang teramat besar
Kulihat dalam masa yang lain, beberapa orang tengah melakukan sesuatu yang terlarang namun mereka bersumpah bahwa itu semua atas nama ISLAM.
Miris.
Kulihat lagi di masa yang berbeda, Seorang wanita dan lelaki yang bukan mahromnya melakukan hal yang sama sekali tak pantas dilakukan, namun mereka bersembunyi dibalik embel-embel "Relationship Goal's"
Ada juga disana, beberapa kaum muslimah yang menggunakan pakaian syar'i, mereka tengah berdakwah atas nama Allah dan Rosul-Nya, namun kaum lain mengolok-ngoloknya dengan ucapan
"Alah, ngapain pake hijab lebar-lebar gak modis"
"Hati dulu tutupin, baru aurat"
"Sok suci banget sih. Gak usah sok ngasih tau deh, benerin diri sendiri aja dulu"
Aku menangis. Sungguh menyedihkan, bukan?
Tak bisa dipungkiri, itulah gambaran islam masa kini
Dimana kaum Muslim/Muslimah yang melekatkan nama Allah dan Rosul di hatinya selalu dicaci dan dimaki
Sedangkan kaum yang melanggar ketentuan-Nya selalu dipuji dan disanjung
Mereka mengejar kebahagian dalam dunia yang semu sampai mereka lupa perihal akhirat yang kekal

Waktu akan terus berjalan, Pun puluhan masa akan lekas kita lewati
Namun ingatlah,
Tuhan kita tetap Allah Swt

Semoga kalian yang membaca ini akan tetap memegang kuat ajaran Islam dan tetap berada di jalan Allah Swt. Aamiin.

-Nmz-
Subang, 20 Juli 2018
11.30 pm

0 komentar:

Perihal Penantian

July 20, 2018 Nisa 0 Comments

Untuk kesekian kalinya,
Aku terpaku dalam ruang yang dipenuhi kenangan masa lalu
Terkadang, masa lalu yang sudah kubiarkan pergi tetap memaksaku untuk kembali
Cerita usang yang memang masih berada dalam ambang ketidakpastian sudah kubiarkan mati
Pun perasaanku yang sampai detik ini masih untuknya tak lagi ku gubris

Bukan,
Aku bukan menyakiti diriku sendiri
Aku hanya berusaha menempatkan di titik mana aku harus berjuang

Tak bisa kupungkiri,
Sulit rasanya untuk mengubur masa lalu, sulit pula untuk mengubur rasa untuknya
Namun,
Cita-cita serta kewajibanku sebagai umat Muslimah memaksaku untuk menelan bulat kenyataan bahwa fitrah yang diberi oleh sang Maha Kuasa hanya akan menjadi perasaan yang kusimpan rapi dalam ruang pilu yang kian menyiksaku

Ketahuilah,
Tak mudah bagi seorang wanita untuk jatuh cinta
Wanita adalah mulia
Ia tak mungkin mengorbankan kemuliannya demi mendapat timbal balik atas perasaannya
--begitupun aku

Biarlah waktu menjawab semua penantianku
Aku tak pernah pergi,
Aku hanya menjaga kemuliaanku dan mengejar mimpi serta ambisiku
Biarlah yang Maha Kuasa memainkan skenario terbaik-Nya
Semoga yang terbaik untukku, pun untukmu.

-Nmz-
Subang, 20 Juli 2018
11.18 pm

0 komentar:

[Komorebi] Kisah yang Nyaris Usai

June 24, 2018 Nisa 2 Comments

Air mata selalu mengalir deras saat aku tak sengaja mengundang masa lalu memenuhi ruang pikiranku
Mereka seolah enggan pergi dari benakku,
Padahal mereka tau kisah kita telah usai walau ditopang dengan ketidakpastian

Pada akhirnya, kita memilih untuk berjalan masing-masing
Kau dengan ambisimu, dan aku dengan cita-cita serta impianku
Padahal, kita masih akan tetap berada dibawah langit yang sama
Pun berpijak diatas bumi yang sama
Namun, Kelak kamu bukan lagi orang yang sama
Atau kamu masih orang yang sama namun dengan perasaan yang berbeda
Begitupun aku,
Tak selamanya aku akan terus terjebak dalam ruang hatimu
Ada saatnya aku akan tersenyum ikhlas ketika melihatmu, walaupun nyatanya kamu hanya akan tetap menjadi bahagiaku di masa lalu
Dan kamu hanya akan menjadi kisahku di masa putih abu

Namamu memang perlahan akan sirna, begitupun dirimu yang kian hari kian menjadi kenangan
Namun aku tau,
Ada kalanya aku perlu membuka kenangan itu
Agar aku selalu ingat,
Bahwa aku pernah berjuang dan bertahan walau ditopang ketidakpastian
Bahwa aku tumbuh dari rasa sakit dan dipatahkan berulang kali
Bahkan itu lebih buruk dari sekedar patah hati
Kian hari pun aku semakin sadar, bahwa masa lalu memang selalu menumbuhkan rasa ikhlas dalam menerima kenyataan

Dan untukmu, komorebi-ku.
Terimakasih.

-Nmz-
24 Juni 2018
11.40 pm

2 komentar:

[Komorebi] Sekuel cerita yang usang

June 22, 2018 Nisa 1 Comments

Sajakku benar-benar usang
Tiap aksara yang senantiasa menghiasinya kini sirna
Mereka bertaburan di ambang harapan yang tak kunjung menemukan titik pasti
Guratan aksara dalam sajakku enggan kembali,
Mereka bersikeras akan tetap berada disana sampai kau kembali,
Mereka menunggu jari-jariku kembali menuliskan namamu diantara aksara-aksara yang selalu kuukir dalam sajakku
Mereka merindukanmu, Aksara serta sajakku merindukanmu --apalagi aku
Sekuel cerita bersamamu memang belum usai,namun mereka hanya dipaksa berhenti tanpa menemukan bagaimana akhirnya
Bahkan kisah ini tak tau apakah ia akan berakhir bahagia atau berakhir bersama goresan luka, Ia gusar, menunggu bagaimana akhirnya.

Perasaanku mati seketika,
Aku bahkan lupa bagaimana caranya bahagia
Aku tak tau mana bahagia, aku juga tak tau mana luka
Semua tampak abu-abu

Kelak,
Bahagiaku bukan lagi kamu
Kamu-pun tak akan lagi menjadi alasan dari tiap lukaku
Namun,
Tetap saja, jika mengingat masa putih abu kamu akan tetap menjadi nama pertama yang terlintas
Kamu-pun akan menjadi seseorang yang paling banyak mengisi sekuel cerita hidupku yang belum usai

-Nmz-
22 Juni 2018
11.11 pm

1 komentar:

(Bukan) Komorebi

June 09, 2018 Nisa 0 Comments

5.658 kata tersusun dalam belasan sajak yang kurangkai berima,
Sosokmu kian menari bersama sajak yang kubiarkan berada di ambang imajinasi
Belasan puisi kubiarkan terpampang bersama harapan yang tak tau arah
Ketidakpastianmu tak lagi ku gubris, karena ribuan kata telah mewakilkan apa yang sempat kurasakan
Kepergianmu pula tak lagi ku tangisi, karena belasan sajak telah menyimpan rapi namamu dalam tiap abjad yang kuukir bersama kata yang menyimpan berjuta makna
Terimakasih kusampaikan kepadamu, tuan
Karena dahulu kau telah sudi membiarkan namamu senantiasa menghiasi tiap bait sajakku
Tak lupa pula kusampaikan maaf padamu,tuan
Karena kepergianmu kali ini membuatku tak akan lagi membiarkan namamu terukir bersama kata-kata dalam sajakku.

-Nmz-
Subang, 10 Juni 2018
12.19 pm

0 komentar:

Penciptanya atau ciptaan-Nya?

June 02, 2018 Nisa 0 Comments

Puncak dari rasa sayang itu adalah ketika kata-kata terkunci dalam mulut dan enggan mengatakan apa yang dirasa
Namun, senantiasa menyebut namanya dalam tiap kidung do'a
Karena tak ada yang lebih indah dari perasaan dalam diam

Perasaan yang tumbuh besar namun enggan untuk disampaikan
Mata yang senantiasa memerhatikan keberadaannya, namun mulut tak sanggup untuk memanggil namanya
Dan hati yang akan selalu siap menampung segala rasa yang terkunci sangat dalam

Mereka menyebutnya "Jatuh cinta dalam diam"
Tapi bagiku bukan,
Ada kalanya kita hanya perlu untuk mendekatkan diri kepada yang maha kuasa agar apa yang kita butuhkan lekas dikabulkan
Bagaimana bisa kau berjuang untuk seseorang, tapi kau lupa untuk terus berikhtiar kepada dzat yang maha membolak-balikan hati
Bagaimana bisa kau mencintai ciptaan-Nya namun kau mengacuhkan penciptanya
Simpanlah perasaanmu untuk sementara, yang maha kuasa akan selalu tau apa yang terbaik untukmu
Dan percayalah, semua akan berakhir dalam skenario yang terindah
Jika memang akhirnya kau tak dipersatukan dengan seseorang yang selalu kau sebut namanya dalam tiap do'amu, mungkin kau akan dipersatukan dengan seseorang yang selalu menyebut namamu dalam do'anya tanpa pernah kau ketahui.

-Nmz-
Subang, 3 Juni 2018
01.01 WIB

0 komentar:

Monokrom

May 30, 2018 Nisa 0 Comments

Belasan foto yang dibalut dengan warna monokrom menghiasi dinding bangunan tempat dimana kita selalu menghabiskan waktu bersama
Potretku dan dirimu terpampang jelas disana
Kamu selalu terlihat gagah dengan menggunakan tas keril,sepatu dan juga jaket gunungmu itu
Belasan foto monokrom sebanding dengan belasan gunung yang telah kita daki bersama
Aku tau,
Bagimu monokrom adalah sebuah keindahan
Katamu, Hitam dan putih adalah warna yang berhasil melahirkan warna-warna indah lainnya
Karena hitam dan putih juga adalah warna yang mewakili kenyataan hidup yang tak bisa diprediksi
Mungkin itu salah satu dari sekian banyak alasanmu mencintai monokrom

Dua bulan yang lalu, tepatnya pada tanggal 20 November
Kau memutuskan untuk membawaku pergi ke titik setinggi gunung Rinjani
Gunung dengan segara anak yang teramat mengagumkan
Akankah Rinjani menjadi tempat terakhir kita mendaki bersama?
Akankah kenangan terakhir kita terkubur diatas kawah Rinjani?

Aku tersenyum mengingatmu
Mengingat filosofi monokrom yang kau lontarkan
Dan juga mengingat Rinjani

Hari ini,
Aku janji akan menemuimu
Aku akan memberikan salah satu dari belasan koleksi foto monokrom yang berisi potret kita berdua
Kau terlihat tampan di foto itu dengan memegang papan bertuliskan 'Top Mt.Rinjani', hanya saja matamu terlihat sedikit sayu
"Aku mencintamu, Pun jika memang tidak di dunia ini. Tapi nanti di dunia yang lebih abadi" Ucapmu saat itu
Aku tersenyum kaku karena aku tak mengerti maksudmu

Kini aku tepat berada didepanmu
Aku kembali tersenyum meski air mata tak bisa kubendung
"Aku mencintamu, Pun jika memang tidak di dunia ini. Tapi nanti di dunia yang lebih abadi" Ucapku, mengulang kata-kata yang ucapkan dua bulan yang lalu. Kini aku mengerti apa maksudmu.
Aku tak pernah cukup tegar untuk berlama-lama ditempat ini
Aku bergegas pergi,
Setelah menyimpan foto monokrom didepan nisan mu.

'Semoga kita bertemu di dunia yang abadi'


-Nmz-
Subang, 31 Mei 2018
12.17 WIB

0 komentar:

Edelweis itu Kamu

May 18, 2018 Nisa 0 Comments

Dibawah langit kota hujan yang menampakkan cahaya jingganya.
Disebuah tenda bermerk 'Rei' yang dibalut dengan beribu kenyamanan.
Dan, di 2.750 Meter diatas permukaan laut.
Kala itu,
Aku terpaku melihat 'bunga abadi' yang tengah mekar.
Kelopaknya yang berwarna putih siap menyambut para pendaki yang hendak mendirikan tenda di alun-alun suryakencana ini.
Tak segan, bunga abadi ini juga siap menghipnotis para pendaki dengan keindahannya.
Sehingga tak jarang tangan-tangan nakal mencoba mencuri bunga ini dari habitatnya.
Mereka menyebutnya 'Edelweis'.
Bunga abadi yang kini terhampar luas di alun-alun suryakencana --tepat didepan mataku .
Aku pernah membaca di suatu novel fiksi berjudul 'Bara' , disana tertulis ;
"Janganlah kamu membawakan edelweis untuk orang yang kamu cintai. Tetapi ajaklah dia ke tempat dimana bunga itu tumbuh dan bersemi"
Aku terpikat,
Aku teringat kamu,
Kamu berhasil membawaku ke titik ini
Bukan sosok sempurna yang kucari,
Tapi kamulah yang kucari, pendaki kusam dengan sepatu gunung dan tas gunung bermerk 'Rei' .
Kamu selalu berkata ;
"Gunung itu Indah, apalagi kalau ada hamparan edelweis yang membuatnya terlihat sempurna"
Aku hanya tersenyum
"Aku janji. Aku bakal bawa kamu ke tempat itu"
Aku hanya mengangguk

Benar adanya,
Kini aku berada di tempat yang selalu ku impikan, Gunung Gede Pangrango.
Tempat legendaris bagi para penggemar soe hok gie.
Tak lupa,
Lembah Mandalawangi.
Hamparan edelweis yang tak kalah indah menghiasi lembah ini.
Tempat dimana soe hok gie menuliskan puisinya.

Aku selalu memimpikannya
Namun, melihatnya sedekat ini selalu memberikan perasaan tersendiri

Kamu hanya tersenyum melihatku terbelakak kagum melihat tempat ini,
"Sejauh apapun aku bertualang, kamu lah tempatku kembali" Ucapmu "Teruslah mendaki bersamaku agar aku tak terlalu terburu-buru untuk pulang, karena hanya kamu lah adalah alasanku untuk pulang"


-Nmz-
Subang, 18 Mei 2018
11.59

0 komentar:

Komorebi (Lagi)

May 09, 2018 Nisa 0 Comments

Ruang yang penuh akan sandiwara ini selalu membuatku nyaman
Kau yang selalu bersandiwara seolah kau mempunyai rasa yang sama denganku, dan aku yang senantiasa bersandiwara seolah aku selalu mempercayaimu
Memang sulit menghentikan kepura-puraan yang terlanjur melampau jauh

Entah apa yang membuatmu melakukan sandiwara bodoh itu,
Yang jelas asalanku tetap mempercayaimu karena aku tak ingin kamu pergi.
Kadang, berpura-pura tak tau perihal sesuatu yang menyakitkan itu akan jauh lebih baik

Aku mencintaimu, sejak 15 bulan yang lalu ---sampai detik ini, komorebiku.


Atmosfer dalam zona ini terlanjur membuatku tak bisa melangkah jauh
Sederhananya, kamu membuatku terperangkap dalam suatu zona dimana aku tak bisa berpindah ke zona lain
Namun kamu bebas melangkah dan berlarian kemanapun kamu mau
Aku bukan wayangmu yang bisa kau mainkan sesuai skenariomu
Karena pada nyatanya, derai air mataku hanya disebabkan olehmu
Biarkan aku melangkah jauh dan tak lagi terjebak dalam rasa menyedihkan ini
Ada kalanya, hatiku ingin bebas ---bebas dari rasa sakit yang selalu kau goreskan
Ada kalanya, hatiku ingin mati rasa ---mati rasa akan luka.

-Nmz-
Bandung, 9 Mei 2018
10.30 WIB

0 komentar:

Kamu dan Semua Ilusiku

April 13, 2018 Nisa 0 Comments

Sajakku sempat usang karena hilangnya namamu yang selama ini senantiasa menjadi inspirasiku
Terkadang, aku lelah
Kamu yang kian hari kian menjadi ilusi dalam nyata
Kamu yang kian hari kian sirna dalam nyata

Kamu bertindak seolah membuatku tak tau harus lari kearah mana
Aku masih berdiri disini,bersama janji yang sempat kau ucapkan --dulu
Terkadang kau tak peduli akan hadirku, apatis terhadap semua tentangku
Namun dilain waktu,
Terkadang kau ucapkan kembali bualan manis yang sampai sekarang tak bisa kau realisasikan
Kini perasaanku berada di ambang imajinasi
Aku bagai seuntai debu yang tak punya arah

Aku memang senantiasa berdiri di titik ini --dengan rasa dan alasan yang sama
Kamu ilusi dalam dunia nyataku
Namun,
Kamu nyata dalam setiap kidung do'aku


-Nmz-
Subang,13 April 2018
17.38 WIB

0 komentar:

Rasa sakit,rindu,dan kenangan

March 31, 2018 Nisa 0 Comments

Perkenalkan, ia adalah rasa sakit. Ia senantiasa bersamaku kemanapun aku pergi. Ia datang dalam hidupku bersamaan dengan perginya kamu dan acuhnya sikapmu kepadaku. Hatiku terkadang risi karena kehadirannya,namun seiring berjalannya waktu, hatiku mulai membiasakan diri untuk hidup bersama rasa itu--Rasa sakit,maksudku.
Namun ada satu hal yang sempat aku pertanyakan, kurasa kepergianmu telah lama berlalu, bukan? Lantas, mengapa rasa sakit ini tak kunjung pergi? Mengapa rasa sakit yang kini tak lagi basah malah tumbuh dan mengakar dalam hidupku? . Baiklah, aku tau ini konyol. Namun, kurasa aku teramat nyaman dan tak bisa keluar dari zona ini --zona yang dipenuhi oleh rasa sakit. Bagaimana bisa? Ribuan orang diluar sana berusaha untuk bisa mendapatkan bahagia mereka dan terus menerus mengutuk rasa sakit yang kian datang dalam hidup mereka. Namun, lihatlah aku. Aku tak pernah berusaha sekeras itu untuk menggapai bahagiaku, aku malah nyaman berkecimpung bersama rasa sakitku. Ah, kurasa semua orang tau alasannya. Bukan, bukan karena tak ada satupun orang yang sudi untuk mencoba menumpas habis rasa sakit yang mengakar dalam hidupku. Mereka telah mencobanya. Namun,sayang sekali. Aku hanya sayang kepadamu, aku tak bisa menerima siapapun. Beginilah sekarang, aku jauh lebih nyaman bersama rasa sakit yang kau goreskan daripada aku harus memaksakan diri untuk bahagia bersama seseorang yang tak pernah kuharapkan.
Hei, aku nyaris lupa.
Perkenalkan, ini temanku yang lain. Rindu,namanya. Ia berkawan baik dengan rasa sakit yang tadi aku ceritakan. Rindu tak sesetia rasa sakit, ia terkadang pergi dari hidupku. Namun, ia pasti akan datang lagi. Kau harus tau kebiasaan Rindu, ia selalu datang diwaktu yang sama --Tengah malam. Kala rindu datang, rindu selalu mengajak temannya, ia menyebutnya 'Kenangan'. Mereka berdua sangat hebat, karena setiap mereka datang mereka selalu berhasil mengundang air mata mengalir deras dipipiku.
 Kurang lebih seperti itu. Rasa sakit,rindu,dan kenangan adalah temanku ketika aku menyayangimu. Mungkin, mereka akan menjadi temanku selamanya. Kurasa kau mengerti apa maksudku.

Rasa sakit,rindu dan kenangan berkata padaku, apakah kalian tertarik untuk berteman dengan mereka? Mereka tak keberatan katanya:)

Salam dariku,
Si senyap dalam keramaian


-Nmz-
Subang, 1 April 2018
00.21 Wib

0 komentar:

Komorebi-Ku hilang

March 23, 2018 Nisa 0 Comments

Bukankah ini yang aku inginkan sejak dulu?
Bukankan ini yang aku harapkan sejak kamu pergi?
--Aku ingin kamu kembali.
Lantas,
Setelah kamu kembali, mengapa rasanya teramat janggal?
Aku terlalu naif untuk mengakui bahwa nyatanya perasaanku berubah
Perasaanku yang sempat tumbuh dan mengakar pernah kau pangkas habis
Hingga sampai sekarang, perasaan itu tak bisa kian tumbuh seperti dulu
Terlalu banyak bualan manismu yang tak bisa kau realisasikan --omong kosong, kasarnya.
Terlalu banyak badai yang kau tanamkan dalam duniaku.
Nyatanya,
Aku muak akan sikapmu.
Puluhan rembulan pernah aku lewati tanpa hadirnya dirimu
Sekarang,
Jangan pernah tanyakan perihal perasaanku padamu
Karena pada akhirnya yang kamu sia-siakan kelak akan menjadi sesuatu yang paling kamu butuhkan, namun sayangnya keadaan tak bisa kamu putar seperti sedia kala
Sekali ku katakan,
Selamat kehilangan cinta yang paling besar.


-Nmz-
Subang,23 Maret 2018
23.48

0 komentar:

Dariku, si senyap dalam keramaian

March 15, 2018 Nisa 1 Comments

Kala itu.
Didalam ruangan bercat putih dengan suasana senyap. Ia datang.
Bersama rambut yang tak jelas bentuknya,Bersama rahang tirus yang terkesan tegas,Bersama jaket kulit dan juga masker lorengnya. Tatapan matanya yang terkesan cuek dan cara berbicara nya yang terdengar seakan tak peduli akan suasana sekitarnya. Ia nampak apatis namun mengagumkan.
Dua jam berlalu, akhirnya kami meninggalkan bangunan besar dengan cat dominan berwarna kuning dan merah.
Itu dia. Si lelaki apatis yang mengagumkan. Ia menaiki motornya. Entah motor jenis apa yang jelas jika kalian pengagum Dilan 1990, kalian tak asing dengan bentuk motornya.
Ah, tampaknya ia memang tak akan memberi senyumnya kepada seseorang yang belum ia kenal.
Tiga bulan aku mengagumi dirinya --kagum dalam diam tentunya. Tidak, aku tidak berkata bahwa aku menaruh hati padanya. Maksudku, belum. Aku belum menaruh hati padanya. Aku hanya sebatas mengaguminya, ia tak pernah berpenampilan rapi. Penampilannya memang selalu terkesan berantakan. Namun aku menyukai itu semua.
Aku tak tau bagaimana perasaanku untuk beberapa bulan kedepan. Yang aku tau, aku mengaguminya.

Dariku,
Si senyap didalam keramaian


-Nmz-
Subang, 15 Maret 2018
20.40

1 komentar:

Sastra dan Senja #CerpenReceh

March 03, 2018 Nisa 0 Comments

"Gue lolos,Ra. Satu minggu lagi lo harus temenin gue kesini. Karena minggu depan adalah penentuan siapa yang akan terpilih sebagai pemenang" Teriaknya, ia terlihat amat girang
"Serius Ky? Ah, gak sia-sia gue ngajarin lo" Balasku, ia terkadang memang selalu seperti itu --seperti anak kecil. Ia terkesan cuek pada semua orang yang baru ia kenal, sikapnya yang aneh dan terkadang menyebalkan hanya ia tunjukkan kepada orang-orang tertentu. Aku, salah satunya.
Langit pasundan semakin gelap. Aku sudah duduk ditempat ini selama satu jam, tempat yang selalu dipenuhi oleh para penulis hebat. Bahkan sekarang disini dijadikan sebagai tempat audisi pemilihan penulis berbakat. Dia sangat bersemangat sekali untuk mengikuti ajang ini, bulu matanya yang lentik selalu membuatku gemas apabila ia menunjukkan sikap sok manisnya.
Aku berjanji padanya, dan juga pada diriku sendiri. Aku akan mengajarkan ia sampai ia jadi pemenang di kompetensi ini.
"Zara.. Ayo pulang. Lo capek nungguin gue kan? Ayo deh gue beliin eskrim" Ia sedikit membuyarkan lamunanku.
Ia memang selalu mengerti perihal semua dalam diriku. Aku mengenalnya sejak kami duduk dibangku sekolah dasar. Kami bersahabat sejak dulu, dia selalu membela dan melindungiku. Sejak dulu ia tak pernah dekat dengan wanita lain, sejujurnya ia memang tampan. Postur tubuhnya yang menjulang tinggi dengan mata minim dan bulu mata yang lentik juga gayanya yang memang membuat semua wanita yang melihatnya pasti akan langsung jatuh cinta. Namun, ia terkesan cuek dan dingin pada siapapun --kecuali kepadaku.
"Zara, turun. Udah nyampe" Ucapnya, aku turun dari motor birunya.
"Pulang sana" Ucapku sembari menahan kantuk karena rasa lelah yang menjalar dalam diriku.
Akupun menutup pintu rumahku bersamaan dengan menjauhnya suara motor Rizky.
                        ****
"Assalamualaikum. Halo Ra. Ra lo udah bangun belum? Udah dong. Kalo Sholat,Udah belum? Ya udah dong pasti. Mandi sih udah belum? Pasti belum kan?" terdengar suara seseorang diseberang sana.
"Waalaikumsalam Ky. Apaan sih lo Ky. Ini masih pagi bawel amat lo. Ada apa?" Jawabku dengan nada yang sedikit malas
"Gue udah ada tema puisi nih buat babak final nanti. Lo bantuin gue ya. Mau kan? Pasti mau. Gue nanti ke rumah lu abis dzuhur. Assalamualaikum"
"Waalaikum...." Belum sempat kujawab, Ia sudah menutup teleponnya.
"Gak sopan" Ucapku berdecih.
 ****
Smartphone-Ku berbunyi. Aku mengusap layar smartphone-ku, terlihat potret siluetku dan Rizky yang kujadikan wallpaper smartphoneku.
'Ra,gue didepan. Cepetan, panas'
Setelah membaca chat dari Rizky, aku berlari menuju halaman rumahku.
"Ky..." Teriakku mengejutkan dirinya yang tengah berkaca di spion motor birunya
"Mau kemana? Gak dirumah gue aja?" Lanjutku
"Lo mau sambil nungguin senja gak?" Tanyanya sembari memberikan helm kepadaku
"Ke Cafe D'Pakar?" Ucapku
"Nah tuh lo tau. Udah cepetan keburu sore" Jawabnya menarik tanganku
Aku selalu menghabiskan waktu bersamanya di salah satu tempat yang memang cukup populer di daerahku, Cafe D'Pakar. Aku selalu menunggu langit pasundan mengeluarkan sinar jingga yang biasa disebut 'Senja' . Rizky tak pernah mengeluh karena harus menemaniku menunggu senja di tempat ini --bahkan hampir setiap hari. Ia tak pernah menyukai senja,ia tak pernah menyukai dunia sastra,ia juga tak pernah menyukai eskrim. Namun, entah mengapa karena aku terus menerus meminta ia menemaniku dalam semua rutinitasku ia malah menyukai semua yang aku sukai dan ia tak keberatan atas itu semua. Ia adalah pria yang teramat sabar. Aku yang terkadang egois tak membuatnya marah kepadaku. Bahkan jika harus ku hitung Ia hanya pernah marah sebanyak 5 kali kepadaku selama aku mengenalnya.
"Zara. Lo kenapa selalu betah di motor gue? " Ucapnya sambil membuka helm ku
Aku tak memedulikan omongannya. Aku bergegas masuk ke dalam Cafe dan segera mencari tempat duduk.
"Yang sopan jadi orang tuh. Gue lagi ngomong juga" Ucapnya, ia menaruh tas nya diatas meja dan dengan sigapnya menjitak kepalaku yang dilapisi hijab
"Jadi, gimana?" Tanyaku
"Apanya?"
"Ah elah. Katanya lo punya tema buat babak final nanti. Gimana sih lo ah, udah 4 hari lagi nih" Ucapku
"Gini ra, gue mau temanya tentang senja. Gue udah nulis sih sebagian. Lo baca deh, gue kurang sreg aja sama opening nya. Bisa lo benerin?" Ujarnya
"Sini mana laptop lu" Jawabku
"Lo harusnya bikin opening yang bisa bikin orang-orang penasaran sama isi cerita karya fiksi lo,Ky" Lanjutku
Selama 4 Jam, aku dan Rizky mencoba membenahi karya sastra milik Rizky. Ia memang berkembang sangat cepat, dulu ia hanya bisa menggunakan diksi dan majas sederhana. Namun sekarang bahkan mungkin kemampuannya melampauiku. Karena di setiap karyanya ia selalu membuat diksi dan majas yang sulit dimengerti namun memiliki arti yang teramat dalam.
"Akhirnya selesai. Makasih ya Zara, lo selalu bantuin gue"
"Ah gak masalah Ky"
"Zara...." Panggilan lembutnya membuatku menoleh menatap dirinya
"Apaan?" Jawabku cuek
"Lo tau gak? Setiap kali liat senja gue selalu inget lo. Mungkin, kalau pada akhirnya kita bakal jauh. Gue bakal tetep ngerasa deket sama lo saat gue liat senja. Gue sayang banget sama lo Ra"
Deg...
Ada perasaan berbeda dalam diriku saat Rizky berkata demikian. Aku menyadari itu, aku mencintainya --lebih dari sekedar sahabat.
Aku hanya tersenyum mendengarnya.
Langit pasundan kini dipenuhi dengan sinar berwarna jingga, sinar yang selalu menghangatkan jiwa. Beberapa orang berkata mereka membenci senja, senja adalah pemisah, senja adalah arti dari perpisahan. Jika fajar datang untuk menjemput sang mentari sebagai pertanda dimulainya kehidupan, sedangkan senja datang untuk mengajak sang mentari terbenam sebagai pertanda datangnya gelap dan sunyi. Namun nyatanya, senja mengajarkan kita bahwa perpisahan tak selamanya menyisakan pilu. Senja mengajarkan kita agar kita senantiasa tegar dan hangat walaupun sebenarnya kita adalah seorang yang rapuh dan perasa.
Aku mencintai senja, begitupun Rizky.
Aku mencintai sastra, begitupun Rizky.
Bagiku dan dia sastra itu berwarna, begitupun senja.
***
Hari ini tiba.
Rizky memang terlihat gugup, namun aku jauh lebih gugup. Mulutku tak henti berdoa untuknya.
"Ra. Do'ain gue ya" Ucapnya menepuk bahuku
"Gue mau nunjukin sesuatu ke lo. Tapi nanti. Tunggu ya" Lanjutnya, ia bergegas menuju ruangan dengan pintu bercat coklat.
Aku tak menjawab sepatah katapun, aku hanya menjawab dengan anggukan.
2 Jam diriku dipenuhi rasa takut dan gugup. Akhirnya Rizky keluar dari ruangan tadi.
"Gimana Ky?" Tanyaku panik
"Alhamdulillah lancar. Udah napa jangan panik" Ucapnya menyentuh ubun-ubun kepalaku.

"Untuk peserta dan penonton diharap berkumpul di auditorium B karena acara hiburan dan pengumuman akan segera dilaksanakan" Ucap suara di speaker yang diletakkan ditiap sudut gedung ini

Aku dan Rizky bergegas menuju auditorium. Namun, aku tak melihat sosoknya saat itu, ia tiba-tiba menghilang dari pandanganku.
Aku duduk dibangku ketiga paling depan, tepat hanya terhalang 2 bangku disebelah kanan ku ada seorang wanita berbaju hijau yang tak pernah melepaskan senyumannya, ia cantik namun sayang ia tak berhijab. Mataku bertemu dengan matanya, akhirnya kami saling melemparkan senyuman.
Memang sudah biasa, dalam sebuah ajang kompetisi, Sebelum pengumuman pemenang selalu ada acara hiburan yang menurutku terkadang sangat membosankan. Terlebih hari ini, aku sudah tak kuasa menahan rasa gugup yang kualami sejak pagi.
Akhirnya, 30 menit berlalu. Kini saatnya akan diumumkan siapa pemenangnya.

"Baiklah. Ini adalah saatnya" Ucap seorang MC tampan berkemeja putih "Selamat kepada........"

Deg...

"Rizky bara pasaribu. Sebagai pemenang penulis terbaik"

Dengan gagahnya Rizky berjalan ke atas panggung, ia terlihat sangat tampan.
Wanita yang berbaju hijau tadi terlihat sangat mengagumi Rizky. Tak heran, Rizky memang menyimpan sejuta karisma dalam dirinya.

"Alhamdullilah, terimakasih semuanya. Terimakasih kepada semua pihak yang sudi membantu saya dalam menyelesaikan semua karya saya" Ucapnya sembari menghela napas "Dan juga saya berterimakasih kepada seseorang yang bersedia menemani saya dengan sabar, seseorang yang teramat berarti" Lanjutnya
"Siapa mas orangnya? Boleh diajak naik ke atas panggung aja mas" Ucap MC wanita yang bergaun abu
"Dia adalah...."
Senyumku mengembang
"Via"
Wanita berbaju hijau tadi berdiri dan bergegas menuju ke atas panggung. Aku terngaga seakan tak percaya.
Apa maksudnya? Via? Siapa dia? Bahkan Rizky tak pernah menceritakan tentang perempuan itu.
Aku berlari keluar dari ruangan auditorium, aku menangis sejadi-jadinya.

"Zara..." Ucap seseorang yang suaranya tak asing
"Rizky" Ucapku tersenyum "Selamat ya. Gue bangga sama lo"
"Makasih Ra. Oiya kenalin, Via. Dia pacar gue. Lo inget kan gue pernah janji bakal nunjukin sesuatu ke lo. Nih dia, gue mau ngasih suprise ke lo" Ujarnya, Ia terlihat sangat bahagia
Aku hanya membalasnya dengan senyuman.
Rizky memelukku,sedangkan tangannya masih menggenggam Via. Aku tetap tersenyum, miris.

Ah, lelaki itu. Lelaki berbulu mata lentik yang selalu mengendarai motor birunya kemanapun ia pergi. Setelah 12 Tahun aku bersamanya, akhirnya ia memutuskan untuk melabuhkan perasaannya pada wanita lain. Namun aku tetap mencintainya. Miris bukan?
Aku memendam perasaan naif ini selama 6 Tahun. Dan lagi, aku memainkan skenario yang jauh dari ekspetasiku.
Rizky pergi bersama Via bersamaan dengan tenggelamnya senja dilangit pasundan.

Kamu,
Senantiasa menjadi nama dalam setiap bait sajakku.
Sedangkan kita,
Tak akan pernah bisa menjadi satu sajak yang utuh.

Terimakasih untuk 12 tahun yang teramat berharga.


-Nmz-
3 Maret 2018

0 komentar:

Kamu. #FiksiReceh

February 25, 2018 Nisa 0 Comments

"Kau bisa mencari yang lebih baik dariku" Ucapnya sembari menghela napas
"Tidak. Aku tak akan mencari yang lebih baik darimu. Aku ingin yang seperti kamu. Maksudku, tidak. Aku tidak ingin yang seperti kamu. Aku ingin kamu" Jawabku tersedu-sedu
"Maaf, tapi aku tidak --tidak ingin kamu" Ucapnya, ia kemudian berbalik badan dan meninggalkanku
Aku terdiam melihatnya pergi bersama perempuan yang ia sebut 'lebih baik' itu. Suara motornya kian menjauh bersamaan dengan tenggelamnya senja di langit pasundan.
"Aku menunggumu" Ucapku tersenyum, miris.


-Nmz-
Subang, 26 Februari 2018

0 komentar:

Perihal penulis dan sajaknya

February 25, 2018 Nisa 0 Comments

Seringkali mereka bertanya perihal
"Mengapa kau selalu menuliskan sesuatu seolah kau begitu tersakiti? "
Namun, tak sedikit yang mengaku bahwa mereka merasakan hal yang sama seperti sesuatu yang kutulis dalam tiap sajakku

Ah, tahukah kalian?
Seorang penulis tak pernah bermain-main dalam setiap tulisannya
Bersama kata-kata yang terukir dalam setiap sajak, mereka menyampaikan maksud yang terkadang tak bisa didefinisikan oleh siapapun ---kecuali sang penulis
Bahkan beberapa penulis selalu mengatakan hal yang jujur dalam setiap tulisannya
Entah memang mereka pernah merasakannya, atau mungkin mereka sedang merasakannya

Begitupun saya,
Semua tulisan yang terkesan miris memang itulah yang sebenarnya sedang saya rasakan
Meskipun saya menulis bukan hanya untuk diri saya sendiri --juga untuk mewakili para pemilik hati yang ringkih
Namun nyatanya saya lah yang paling terluka dibalik semua tulisan saya
Percayalah,
Bagi beberapa orang menulis adalah salah satu pelarian diri yang paling ampuh dari sakitnya berharap dan dipatahkan berulang kali.

-NMZ-
Subang, 25 Februari 2018
17.44 WIB

0 komentar:

--Dia

February 23, 2018 Nisa 0 Comments

Aku tak pernah sedikitpun berpikir perihal kepergianmu, aku tak pernah sedikitpun berasumsi bahwa pada akhirnya kau akan meninggalkanku. Alhasil, aku sama sekali tak mempersiapkan diri untuk itu semua. Awalnya, aku takut. Teramat takut. Apakah aku harus bertahan? Lantas, jika aku mencoba untuk melupakanmu apakah aku akan baik-baik saja?
Ketakutanku seketika kandas ketika seseorang datang. Aku tak bisa mengatakan bahwa ia lebih baik darimu. Karena sampai sekarang aku tak tau, kadar 'lebih baik' itu dinilai atas dasar apa. Dia berbeda denganmu, sangat berbeda. Kau terlalu posesif, sedangkan ia terkesan cuek namun tidak apatis. Kepribadianku memang jauh berbeda dengannya. Dia terlihat cuek dan berbicara seperlunya. Namun, perbedaan tak selamanya memisahkan, bukan?
Bulu matanya yang lentik dan senyumnya yang selalu ia beri pada siapapun selalu membuatku terpana melihatnya.
Tidak, aku tidak mencintainya. Ah bukan tidak maksudku. Tapi belum. Aku baru saja mengenalnya, mana mungkin aku memutuskan untuk melabuhkan perasaanku kepadanya? Sedangkan luka dihatiku masih basah sebab kepergianmu.
Tapi kau tak usah khawatir, aku tak akan lagi bertahan dalam zona menyedihkan yang kamu buat.
Maafkan aku, karena namamu bukan lagi isi dari bait sajakku.

-Nmz-
Subang, 23 Februari 2018

0 komentar:

Tentang Senja--dan Jingga

February 18, 2018 Nisa 0 Comments

Mereka menyebutnya 'Senja'
Fenomena dimana sinar jingga tiba bersama sore yang hangat
Fenomena dimana mentari kian menghilang karena ia enggan menampakkan diri dihadapan sang rembulan

Tak sedikit yang membencinya,
Mereka bilang senja adalah pembatas antara siang dan malam
Senja adalah pemisah agar keduanya tak saling berjumpa
Mereka bilang, senja adalah pertanda berakhirnya cerita, menyisakan sepi dan sunyi.

Jingga. Kau adalah Lembayung Senjaku.
Terpapas keasrian matahari yang akan mati.
Senja, kau adalah hela napasku.
Seperti kecemasan yang aku titipkan semasa aku menunggumu.

Kau jatuh ke pelukan semesta.
Dan air mataku pun jatuh dengan asa yang membara.
Kasih. Apa kau masih mengasihi seseorang yang berbelas kasih?
Kasih. Apa kau tahu, sudah berapa kali matahari itu terbit dan tenggelam ketika aku terpatri di ujung penantian?

Kasih. Kau adalah Matahari.
Sedangkan aku adalah Mata Hari.
Kau bebas tenggelam dan terbit sesuka hatimu, tanpa memedulikanku.
Sedangkan aku hanyalah Mata yang senantiasa memandangi Hari.

Kasih. Aku kehabisan gaya bahasa.
Sedangkan kau tak pernah kehabisan kata-kata.


Nmz X Arjchunprayoga
18 Februari 2018

0 komentar:

Hilang

February 09, 2018 Nisa 0 Comments

Aku tenggelam dalam semua tulisan-tulisanku
Puisiku hilang
Sajakku kian usang
Hatiku ringkih, mati akan rasa

Entah apa yang kurasa saat ini
Entah apa yang terjadi saat ini
Yang aku tau,
Perasaanku mati --kamu penyebabnya

Bodohnya kamu,
Meninggalkan seseorang yang tulus padamu
Bodohnya aku,
Bertahan untuk seseorang yang apatis kepadaku

Bahkan,
Kau tak memikirkan bagaimana nasibku
Kau hanya memikirkan bagaimana cara agar kau tetap bahagia
Kau bahkan acuh terhadap semua tentangku, semua tentang lukaku, semua tentang hatiku yang masih porak poranda sebab kepergianmu

Ah,
Bagaimana bisa kau peduli?
Untuk sekedar 'mau tau'-pun kau tak sudi

Pergilah,
Sekarang namaku bukan lagi isi dalam setiap nada-nada yang kau mainkan.


-Nmz-
00.09
Subang, 10 Februari 2018

0 komentar:

Untukmu,si lelaki hebat.

February 04, 2018 Nisa 0 Comments

Kau tau?
Dia begitu hebat.
Kau tak tau?
Baiklah,
Izinkan aku menceritakan kehebatan dia.

Aku pernah berada didalam dunia yang teramat kelabu
Aku pernah berada dalam titik pengharapan yang amat tinggi
Ya, harapan tinggi yang tak bisa direalisasikan
Kau tau?
Aku benar-benar terpuruk saat itu
Aku hanya merasa memainkan skenario yang sangat buruk

Ditengah suramnya keadaanku saat itu,
Dia datang.
Dia berusaha menyentuh dan bermain dengan duniaku
Sikapku yang terkadang apatis tak membuat dia menyerah
Sial,
Lambat laun dia berhasil membuatku nyaman dan berpikir bahwa dia adalah seseorang yang dikirimkan tuhan untukku --Untuk memperbaiki kesuraman hidupku

Komorebi-Ku yang sempat hilang, kini datang kembali.
Ya,
Bukan komorebi yang sama tentunya.


Aku terlarut dalam rasa percayaku kepadanya.
Aku terlarut dalam bualan manis yang ia lontarkan.
Bodoh memang,
Setelah aku berada di pengharapan yang teramat tinggi --Untuk kedua kalinya

Dia pergi.

Dia pergi tanpa rasa bersalah yang mnegakar dalam dirinya
Dia pergi tanpa peduli bagaimana keadaanku saat itu

"Aku udah gak nyaman" , katanya

Aku hanya ingin tertawa sekencang-kencangnya, setelah itu aku menangis dan mungkin suara tangisku akan lebih kencang daripada tawaku
Bodohnya lagi,
Aku masih mengharapkannya
Aku masih bersikap manis padanya

Ah, hebat bukan?
Ya,
Dialah lelaki terhebat
Lelaki dengan bualan manis yang palsu

Haha,
Aku hanya ingin memuji kehebatannya.



-Nmz-
Minggu, 4 Februari 2018

0 komentar:

Untukmu, Komorebi-Ku

January 19, 2018 Nisa 0 Comments

Lelah ku berjalan,
Lelah ku mencari,
Pada akhirnya hatiku hanya akan berlabuh pada hatimu
Pada akhirnya perasaanku hanya akan singgah padamu
Jangan tanyakan perihal ambisiku untuk menumpas habis semua tentangmu dalam perasaanku
Bahkan,
Puluhan malam kulewati dengan berharap dihari esok aku sudah tak mengingatmu lagi
Nihil.
Melupakanmu memang hanyalah usaha sia-sia yang terus menerus kulakukan


Hariku nampak kacau setelah kau pergi tanpa pernah memberi alasan sedikitpun
Kamu penyebabnya,
Namun, kamu tak pernah memberi solusinya


Berpura-pura bahagia dan baik-baik saja pun nyatanya bukan solusi yang tepat
Bagaimana bisa aku berusaha tersenyum dan tertawa saat melihatmu bersamanya
Sedangkan disisi lain hatiku mengeluh karena ia tak tahan jika harus terus menerus bertingkah seolah semuanya baik-baik saja


Dengar,
Komorebi-Ku
Aku menunggumu
Pun jika memang pada akhirnya kau tak akan kembali
Setidaknya aku pernah ada di titik dimana aku berjuang dan bertahan atas keapatisan sikapmu.


-Nmz-
Jum'at, 19 Januari 2017
20.32 WIB

0 komentar: