Rasa sakit,rindu,dan kenangan

March 31, 2018 Nisa 0 Comments

Perkenalkan, ia adalah rasa sakit. Ia senantiasa bersamaku kemanapun aku pergi. Ia datang dalam hidupku bersamaan dengan perginya kamu dan acuhnya sikapmu kepadaku. Hatiku terkadang risi karena kehadirannya,namun seiring berjalannya waktu, hatiku mulai membiasakan diri untuk hidup bersama rasa itu--Rasa sakit,maksudku.
Namun ada satu hal yang sempat aku pertanyakan, kurasa kepergianmu telah lama berlalu, bukan? Lantas, mengapa rasa sakit ini tak kunjung pergi? Mengapa rasa sakit yang kini tak lagi basah malah tumbuh dan mengakar dalam hidupku? . Baiklah, aku tau ini konyol. Namun, kurasa aku teramat nyaman dan tak bisa keluar dari zona ini --zona yang dipenuhi oleh rasa sakit. Bagaimana bisa? Ribuan orang diluar sana berusaha untuk bisa mendapatkan bahagia mereka dan terus menerus mengutuk rasa sakit yang kian datang dalam hidup mereka. Namun, lihatlah aku. Aku tak pernah berusaha sekeras itu untuk menggapai bahagiaku, aku malah nyaman berkecimpung bersama rasa sakitku. Ah, kurasa semua orang tau alasannya. Bukan, bukan karena tak ada satupun orang yang sudi untuk mencoba menumpas habis rasa sakit yang mengakar dalam hidupku. Mereka telah mencobanya. Namun,sayang sekali. Aku hanya sayang kepadamu, aku tak bisa menerima siapapun. Beginilah sekarang, aku jauh lebih nyaman bersama rasa sakit yang kau goreskan daripada aku harus memaksakan diri untuk bahagia bersama seseorang yang tak pernah kuharapkan.
Hei, aku nyaris lupa.
Perkenalkan, ini temanku yang lain. Rindu,namanya. Ia berkawan baik dengan rasa sakit yang tadi aku ceritakan. Rindu tak sesetia rasa sakit, ia terkadang pergi dari hidupku. Namun, ia pasti akan datang lagi. Kau harus tau kebiasaan Rindu, ia selalu datang diwaktu yang sama --Tengah malam. Kala rindu datang, rindu selalu mengajak temannya, ia menyebutnya 'Kenangan'. Mereka berdua sangat hebat, karena setiap mereka datang mereka selalu berhasil mengundang air mata mengalir deras dipipiku.
 Kurang lebih seperti itu. Rasa sakit,rindu,dan kenangan adalah temanku ketika aku menyayangimu. Mungkin, mereka akan menjadi temanku selamanya. Kurasa kau mengerti apa maksudku.

Rasa sakit,rindu dan kenangan berkata padaku, apakah kalian tertarik untuk berteman dengan mereka? Mereka tak keberatan katanya:)

Salam dariku,
Si senyap dalam keramaian


-Nmz-
Subang, 1 April 2018
00.21 Wib

0 komentar:

Komorebi-Ku hilang

March 23, 2018 Nisa 0 Comments

Bukankah ini yang aku inginkan sejak dulu?
Bukankan ini yang aku harapkan sejak kamu pergi?
--Aku ingin kamu kembali.
Lantas,
Setelah kamu kembali, mengapa rasanya teramat janggal?
Aku terlalu naif untuk mengakui bahwa nyatanya perasaanku berubah
Perasaanku yang sempat tumbuh dan mengakar pernah kau pangkas habis
Hingga sampai sekarang, perasaan itu tak bisa kian tumbuh seperti dulu
Terlalu banyak bualan manismu yang tak bisa kau realisasikan --omong kosong, kasarnya.
Terlalu banyak badai yang kau tanamkan dalam duniaku.
Nyatanya,
Aku muak akan sikapmu.
Puluhan rembulan pernah aku lewati tanpa hadirnya dirimu
Sekarang,
Jangan pernah tanyakan perihal perasaanku padamu
Karena pada akhirnya yang kamu sia-siakan kelak akan menjadi sesuatu yang paling kamu butuhkan, namun sayangnya keadaan tak bisa kamu putar seperti sedia kala
Sekali ku katakan,
Selamat kehilangan cinta yang paling besar.


-Nmz-
Subang,23 Maret 2018
23.48

0 komentar:

Dariku, si senyap dalam keramaian

March 15, 2018 Nisa 1 Comments

Kala itu.
Didalam ruangan bercat putih dengan suasana senyap. Ia datang.
Bersama rambut yang tak jelas bentuknya,Bersama rahang tirus yang terkesan tegas,Bersama jaket kulit dan juga masker lorengnya. Tatapan matanya yang terkesan cuek dan cara berbicara nya yang terdengar seakan tak peduli akan suasana sekitarnya. Ia nampak apatis namun mengagumkan.
Dua jam berlalu, akhirnya kami meninggalkan bangunan besar dengan cat dominan berwarna kuning dan merah.
Itu dia. Si lelaki apatis yang mengagumkan. Ia menaiki motornya. Entah motor jenis apa yang jelas jika kalian pengagum Dilan 1990, kalian tak asing dengan bentuk motornya.
Ah, tampaknya ia memang tak akan memberi senyumnya kepada seseorang yang belum ia kenal.
Tiga bulan aku mengagumi dirinya --kagum dalam diam tentunya. Tidak, aku tidak berkata bahwa aku menaruh hati padanya. Maksudku, belum. Aku belum menaruh hati padanya. Aku hanya sebatas mengaguminya, ia tak pernah berpenampilan rapi. Penampilannya memang selalu terkesan berantakan. Namun aku menyukai itu semua.
Aku tak tau bagaimana perasaanku untuk beberapa bulan kedepan. Yang aku tau, aku mengaguminya.

Dariku,
Si senyap didalam keramaian


-Nmz-
Subang, 15 Maret 2018
20.40

1 komentar:

Sastra dan Senja #CerpenReceh

March 03, 2018 Nisa 0 Comments

"Gue lolos,Ra. Satu minggu lagi lo harus temenin gue kesini. Karena minggu depan adalah penentuan siapa yang akan terpilih sebagai pemenang" Teriaknya, ia terlihat amat girang
"Serius Ky? Ah, gak sia-sia gue ngajarin lo" Balasku, ia terkadang memang selalu seperti itu --seperti anak kecil. Ia terkesan cuek pada semua orang yang baru ia kenal, sikapnya yang aneh dan terkadang menyebalkan hanya ia tunjukkan kepada orang-orang tertentu. Aku, salah satunya.
Langit pasundan semakin gelap. Aku sudah duduk ditempat ini selama satu jam, tempat yang selalu dipenuhi oleh para penulis hebat. Bahkan sekarang disini dijadikan sebagai tempat audisi pemilihan penulis berbakat. Dia sangat bersemangat sekali untuk mengikuti ajang ini, bulu matanya yang lentik selalu membuatku gemas apabila ia menunjukkan sikap sok manisnya.
Aku berjanji padanya, dan juga pada diriku sendiri. Aku akan mengajarkan ia sampai ia jadi pemenang di kompetensi ini.
"Zara.. Ayo pulang. Lo capek nungguin gue kan? Ayo deh gue beliin eskrim" Ia sedikit membuyarkan lamunanku.
Ia memang selalu mengerti perihal semua dalam diriku. Aku mengenalnya sejak kami duduk dibangku sekolah dasar. Kami bersahabat sejak dulu, dia selalu membela dan melindungiku. Sejak dulu ia tak pernah dekat dengan wanita lain, sejujurnya ia memang tampan. Postur tubuhnya yang menjulang tinggi dengan mata minim dan bulu mata yang lentik juga gayanya yang memang membuat semua wanita yang melihatnya pasti akan langsung jatuh cinta. Namun, ia terkesan cuek dan dingin pada siapapun --kecuali kepadaku.
"Zara, turun. Udah nyampe" Ucapnya, aku turun dari motor birunya.
"Pulang sana" Ucapku sembari menahan kantuk karena rasa lelah yang menjalar dalam diriku.
Akupun menutup pintu rumahku bersamaan dengan menjauhnya suara motor Rizky.
                        ****
"Assalamualaikum. Halo Ra. Ra lo udah bangun belum? Udah dong. Kalo Sholat,Udah belum? Ya udah dong pasti. Mandi sih udah belum? Pasti belum kan?" terdengar suara seseorang diseberang sana.
"Waalaikumsalam Ky. Apaan sih lo Ky. Ini masih pagi bawel amat lo. Ada apa?" Jawabku dengan nada yang sedikit malas
"Gue udah ada tema puisi nih buat babak final nanti. Lo bantuin gue ya. Mau kan? Pasti mau. Gue nanti ke rumah lu abis dzuhur. Assalamualaikum"
"Waalaikum...." Belum sempat kujawab, Ia sudah menutup teleponnya.
"Gak sopan" Ucapku berdecih.
 ****
Smartphone-Ku berbunyi. Aku mengusap layar smartphone-ku, terlihat potret siluetku dan Rizky yang kujadikan wallpaper smartphoneku.
'Ra,gue didepan. Cepetan, panas'
Setelah membaca chat dari Rizky, aku berlari menuju halaman rumahku.
"Ky..." Teriakku mengejutkan dirinya yang tengah berkaca di spion motor birunya
"Mau kemana? Gak dirumah gue aja?" Lanjutku
"Lo mau sambil nungguin senja gak?" Tanyanya sembari memberikan helm kepadaku
"Ke Cafe D'Pakar?" Ucapku
"Nah tuh lo tau. Udah cepetan keburu sore" Jawabnya menarik tanganku
Aku selalu menghabiskan waktu bersamanya di salah satu tempat yang memang cukup populer di daerahku, Cafe D'Pakar. Aku selalu menunggu langit pasundan mengeluarkan sinar jingga yang biasa disebut 'Senja' . Rizky tak pernah mengeluh karena harus menemaniku menunggu senja di tempat ini --bahkan hampir setiap hari. Ia tak pernah menyukai senja,ia tak pernah menyukai dunia sastra,ia juga tak pernah menyukai eskrim. Namun, entah mengapa karena aku terus menerus meminta ia menemaniku dalam semua rutinitasku ia malah menyukai semua yang aku sukai dan ia tak keberatan atas itu semua. Ia adalah pria yang teramat sabar. Aku yang terkadang egois tak membuatnya marah kepadaku. Bahkan jika harus ku hitung Ia hanya pernah marah sebanyak 5 kali kepadaku selama aku mengenalnya.
"Zara. Lo kenapa selalu betah di motor gue? " Ucapnya sambil membuka helm ku
Aku tak memedulikan omongannya. Aku bergegas masuk ke dalam Cafe dan segera mencari tempat duduk.
"Yang sopan jadi orang tuh. Gue lagi ngomong juga" Ucapnya, ia menaruh tas nya diatas meja dan dengan sigapnya menjitak kepalaku yang dilapisi hijab
"Jadi, gimana?" Tanyaku
"Apanya?"
"Ah elah. Katanya lo punya tema buat babak final nanti. Gimana sih lo ah, udah 4 hari lagi nih" Ucapku
"Gini ra, gue mau temanya tentang senja. Gue udah nulis sih sebagian. Lo baca deh, gue kurang sreg aja sama opening nya. Bisa lo benerin?" Ujarnya
"Sini mana laptop lu" Jawabku
"Lo harusnya bikin opening yang bisa bikin orang-orang penasaran sama isi cerita karya fiksi lo,Ky" Lanjutku
Selama 4 Jam, aku dan Rizky mencoba membenahi karya sastra milik Rizky. Ia memang berkembang sangat cepat, dulu ia hanya bisa menggunakan diksi dan majas sederhana. Namun sekarang bahkan mungkin kemampuannya melampauiku. Karena di setiap karyanya ia selalu membuat diksi dan majas yang sulit dimengerti namun memiliki arti yang teramat dalam.
"Akhirnya selesai. Makasih ya Zara, lo selalu bantuin gue"
"Ah gak masalah Ky"
"Zara...." Panggilan lembutnya membuatku menoleh menatap dirinya
"Apaan?" Jawabku cuek
"Lo tau gak? Setiap kali liat senja gue selalu inget lo. Mungkin, kalau pada akhirnya kita bakal jauh. Gue bakal tetep ngerasa deket sama lo saat gue liat senja. Gue sayang banget sama lo Ra"
Deg...
Ada perasaan berbeda dalam diriku saat Rizky berkata demikian. Aku menyadari itu, aku mencintainya --lebih dari sekedar sahabat.
Aku hanya tersenyum mendengarnya.
Langit pasundan kini dipenuhi dengan sinar berwarna jingga, sinar yang selalu menghangatkan jiwa. Beberapa orang berkata mereka membenci senja, senja adalah pemisah, senja adalah arti dari perpisahan. Jika fajar datang untuk menjemput sang mentari sebagai pertanda dimulainya kehidupan, sedangkan senja datang untuk mengajak sang mentari terbenam sebagai pertanda datangnya gelap dan sunyi. Namun nyatanya, senja mengajarkan kita bahwa perpisahan tak selamanya menyisakan pilu. Senja mengajarkan kita agar kita senantiasa tegar dan hangat walaupun sebenarnya kita adalah seorang yang rapuh dan perasa.
Aku mencintai senja, begitupun Rizky.
Aku mencintai sastra, begitupun Rizky.
Bagiku dan dia sastra itu berwarna, begitupun senja.
***
Hari ini tiba.
Rizky memang terlihat gugup, namun aku jauh lebih gugup. Mulutku tak henti berdoa untuknya.
"Ra. Do'ain gue ya" Ucapnya menepuk bahuku
"Gue mau nunjukin sesuatu ke lo. Tapi nanti. Tunggu ya" Lanjutnya, ia bergegas menuju ruangan dengan pintu bercat coklat.
Aku tak menjawab sepatah katapun, aku hanya menjawab dengan anggukan.
2 Jam diriku dipenuhi rasa takut dan gugup. Akhirnya Rizky keluar dari ruangan tadi.
"Gimana Ky?" Tanyaku panik
"Alhamdulillah lancar. Udah napa jangan panik" Ucapnya menyentuh ubun-ubun kepalaku.

"Untuk peserta dan penonton diharap berkumpul di auditorium B karena acara hiburan dan pengumuman akan segera dilaksanakan" Ucap suara di speaker yang diletakkan ditiap sudut gedung ini

Aku dan Rizky bergegas menuju auditorium. Namun, aku tak melihat sosoknya saat itu, ia tiba-tiba menghilang dari pandanganku.
Aku duduk dibangku ketiga paling depan, tepat hanya terhalang 2 bangku disebelah kanan ku ada seorang wanita berbaju hijau yang tak pernah melepaskan senyumannya, ia cantik namun sayang ia tak berhijab. Mataku bertemu dengan matanya, akhirnya kami saling melemparkan senyuman.
Memang sudah biasa, dalam sebuah ajang kompetisi, Sebelum pengumuman pemenang selalu ada acara hiburan yang menurutku terkadang sangat membosankan. Terlebih hari ini, aku sudah tak kuasa menahan rasa gugup yang kualami sejak pagi.
Akhirnya, 30 menit berlalu. Kini saatnya akan diumumkan siapa pemenangnya.

"Baiklah. Ini adalah saatnya" Ucap seorang MC tampan berkemeja putih "Selamat kepada........"

Deg...

"Rizky bara pasaribu. Sebagai pemenang penulis terbaik"

Dengan gagahnya Rizky berjalan ke atas panggung, ia terlihat sangat tampan.
Wanita yang berbaju hijau tadi terlihat sangat mengagumi Rizky. Tak heran, Rizky memang menyimpan sejuta karisma dalam dirinya.

"Alhamdullilah, terimakasih semuanya. Terimakasih kepada semua pihak yang sudi membantu saya dalam menyelesaikan semua karya saya" Ucapnya sembari menghela napas "Dan juga saya berterimakasih kepada seseorang yang bersedia menemani saya dengan sabar, seseorang yang teramat berarti" Lanjutnya
"Siapa mas orangnya? Boleh diajak naik ke atas panggung aja mas" Ucap MC wanita yang bergaun abu
"Dia adalah...."
Senyumku mengembang
"Via"
Wanita berbaju hijau tadi berdiri dan bergegas menuju ke atas panggung. Aku terngaga seakan tak percaya.
Apa maksudnya? Via? Siapa dia? Bahkan Rizky tak pernah menceritakan tentang perempuan itu.
Aku berlari keluar dari ruangan auditorium, aku menangis sejadi-jadinya.

"Zara..." Ucap seseorang yang suaranya tak asing
"Rizky" Ucapku tersenyum "Selamat ya. Gue bangga sama lo"
"Makasih Ra. Oiya kenalin, Via. Dia pacar gue. Lo inget kan gue pernah janji bakal nunjukin sesuatu ke lo. Nih dia, gue mau ngasih suprise ke lo" Ujarnya, Ia terlihat sangat bahagia
Aku hanya membalasnya dengan senyuman.
Rizky memelukku,sedangkan tangannya masih menggenggam Via. Aku tetap tersenyum, miris.

Ah, lelaki itu. Lelaki berbulu mata lentik yang selalu mengendarai motor birunya kemanapun ia pergi. Setelah 12 Tahun aku bersamanya, akhirnya ia memutuskan untuk melabuhkan perasaannya pada wanita lain. Namun aku tetap mencintainya. Miris bukan?
Aku memendam perasaan naif ini selama 6 Tahun. Dan lagi, aku memainkan skenario yang jauh dari ekspetasiku.
Rizky pergi bersama Via bersamaan dengan tenggelamnya senja dilangit pasundan.

Kamu,
Senantiasa menjadi nama dalam setiap bait sajakku.
Sedangkan kita,
Tak akan pernah bisa menjadi satu sajak yang utuh.

Terimakasih untuk 12 tahun yang teramat berharga.


-Nmz-
3 Maret 2018

0 komentar: