Untukmu, Komorebi-Ku (3)

December 11, 2017 Nisa 0 Comments

Otakku terus menerus terlarut dalam pemikiran-pemikiran yang terlanjur tenggelam dalam ekspetasi yang rumit
Ekspetasiku perihal mudahnya melupakanmu ternyata salah
Melupakanmu bahkan jauh lebih sulit dari apa yang ku kira
Bukan, bukan melupakanmu
Melupakan rasa yang pernah singgah untukmu, maksudku
Rasa yang terlanjur tumbuh dan mengakar dalam benakku memang sulit untuk kupangkas habis


Tepat satu bulan yang lalu,
Keputusanmu sudah bulat untuk meninggalkanku dan memilih perempuan yang kau sebut 'lebih baik' itu
Lantas,
Jika aku menagih janjimu perihal bualan manismu itu
Apa yang akan kau perbuat?
Mengelak, kah?
Atau menghindar, kah?


Logika-ku berputar,
Seharusnya memang aku tak pantas mengeluarkan air mataku untuk lelaki sepertimu
Namun perasaanku tetap egois,
Bahwa tak bisa kupungkiri
Kaulah satu-satunya lelaki -- Setelah ayahku-- yang bisa membuatku tertawa lepas
Ah,
Percayalah, orang yang pernah membuatku tertawa paling kencang kelak akan menjadi orang yang akan membuatmu menangis paling kencang


Memang benar,
Tak selamanya aku mesti menunggu Komorebi di pohon yang sama
Mungkin saja,
Ada komorebi-komorebi di pohon lain yang menantiku

Mungkin,
Alangkah lebih baiknya kalimat "Aku akan menunggu Komorebi-Ku datang kembali" kuganti menjadi
"Aku akan mencari Komorebi-Ku yang lain"

Mungkin,
Saat inilah waktunya aku kembali bangkit dari titik rapuhku dan mulai berlari mengejar harapan-harapan yang pernah kubiarkan mati.



-Nmz-
Subang, 11 Desember 2017
23.55 WIB

0 komentar:

Untukmu, KomorebiKu (2)

December 01, 2017 Nisa 0 Comments

Bagaimana kabarmu, Tuan ?
Kurasa, semua tampak lebih baik tanpa adanya hadirku
Tentu saja,
Kini kau bahagia bersamanya, kan?
Lantas...
Bagaimana bisa kau bahagia secepat itu dengannya
Sedangkan kini aku berada dalam zona dimana aku tak bisa mengosongkan hatiku hingga tak ada lagi kamu yang mengisinya
Aku berada dalam titik dimana aku tak bisa membunuh masa lalu, masa dimana hanya ada kamu.



3 Triwulan.
Nihil.
Kamu pergi bersama sejuta harapan yang kau tanam lalu setelah ia tumbuh besar, kau membiarkannya mati
Tanpa kau mafhumi perasaanku
Tanpa kau pedulikan posisiku saat itu
Teramat menyakitkan.
Pada akhirnya,
Kau hanyalah akan menjadi nama yang selalu kutuliskan dalam setiap bait puisiku
Dan kita, tidak akan pernah menjadi sebuah sajak yang utuh


Jika pada suatu saat nanti,
Kau menemuiku dengan perasaan yang lain –perasaan yang bukan untukmu(lagi)—
Kau jangan pernah menumbuhkan rasa penyesalan dalam dirimu
Karena kau harus tau,
Bahwa aku telah melewati puluhan malam dimana aku berharap kamu kembali
Aku, telah melewati puluhan senja dimana aku berharap kau masih dengan perasaan yang sama –untukku—
Namun,  ternyata harapanku tentangmu tetaplah akan menjadi ilusi.
Kamu, tetaplah akan menjadi  seseorang yang selalu kusemogakan dalam setiap sujudku
Pada akhirnya,
Aku sadar bahwa aku akan bangkit dan menjunjung tinggi harapan yang pernah kubiarkan mati



Untukmu,

Selamat kehilangan cinta yang paling besar


-Nmz-
Subang, 01 Desember 2017
21:05 WIB

0 komentar: