Untukmu, Komorebi-Ku (3)

December 11, 2017 Nisa 0 Comments

Otakku terus menerus terlarut dalam pemikiran-pemikiran yang terlanjur tenggelam dalam ekspetasi yang rumit
Ekspetasiku perihal mudahnya melupakanmu ternyata salah
Melupakanmu bahkan jauh lebih sulit dari apa yang ku kira
Bukan, bukan melupakanmu
Melupakan rasa yang pernah singgah untukmu, maksudku
Rasa yang terlanjur tumbuh dan mengakar dalam benakku memang sulit untuk kupangkas habis


Tepat satu bulan yang lalu,
Keputusanmu sudah bulat untuk meninggalkanku dan memilih perempuan yang kau sebut 'lebih baik' itu
Lantas,
Jika aku menagih janjimu perihal bualan manismu itu
Apa yang akan kau perbuat?
Mengelak, kah?
Atau menghindar, kah?


Logika-ku berputar,
Seharusnya memang aku tak pantas mengeluarkan air mataku untuk lelaki sepertimu
Namun perasaanku tetap egois,
Bahwa tak bisa kupungkiri
Kaulah satu-satunya lelaki -- Setelah ayahku-- yang bisa membuatku tertawa lepas
Ah,
Percayalah, orang yang pernah membuatku tertawa paling kencang kelak akan menjadi orang yang akan membuatmu menangis paling kencang


Memang benar,
Tak selamanya aku mesti menunggu Komorebi di pohon yang sama
Mungkin saja,
Ada komorebi-komorebi di pohon lain yang menantiku

Mungkin,
Alangkah lebih baiknya kalimat "Aku akan menunggu Komorebi-Ku datang kembali" kuganti menjadi
"Aku akan mencari Komorebi-Ku yang lain"

Mungkin,
Saat inilah waktunya aku kembali bangkit dari titik rapuhku dan mulai berlari mengejar harapan-harapan yang pernah kubiarkan mati.



-Nmz-
Subang, 11 Desember 2017
23.55 WIB

0 komentar:

Untukmu, KomorebiKu (2)

December 01, 2017 Nisa 0 Comments

Bagaimana kabarmu, Tuan ?
Kurasa, semua tampak lebih baik tanpa adanya hadirku
Tentu saja,
Kini kau bahagia bersamanya, kan?
Lantas...
Bagaimana bisa kau bahagia secepat itu dengannya
Sedangkan kini aku berada dalam zona dimana aku tak bisa mengosongkan hatiku hingga tak ada lagi kamu yang mengisinya
Aku berada dalam titik dimana aku tak bisa membunuh masa lalu, masa dimana hanya ada kamu.



3 Triwulan.
Nihil.
Kamu pergi bersama sejuta harapan yang kau tanam lalu setelah ia tumbuh besar, kau membiarkannya mati
Tanpa kau mafhumi perasaanku
Tanpa kau pedulikan posisiku saat itu
Teramat menyakitkan.
Pada akhirnya,
Kau hanyalah akan menjadi nama yang selalu kutuliskan dalam setiap bait puisiku
Dan kita, tidak akan pernah menjadi sebuah sajak yang utuh


Jika pada suatu saat nanti,
Kau menemuiku dengan perasaan yang lain –perasaan yang bukan untukmu(lagi)—
Kau jangan pernah menumbuhkan rasa penyesalan dalam dirimu
Karena kau harus tau,
Bahwa aku telah melewati puluhan malam dimana aku berharap kamu kembali
Aku, telah melewati puluhan senja dimana aku berharap kau masih dengan perasaan yang sama –untukku—
Namun,  ternyata harapanku tentangmu tetaplah akan menjadi ilusi.
Kamu, tetaplah akan menjadi  seseorang yang selalu kusemogakan dalam setiap sujudku
Pada akhirnya,
Aku sadar bahwa aku akan bangkit dan menjunjung tinggi harapan yang pernah kubiarkan mati



Untukmu,

Selamat kehilangan cinta yang paling besar


-Nmz-
Subang, 01 Desember 2017
21:05 WIB

0 komentar:

Untukmu, Komorebi-Ku

November 18, 2017 Nisa 0 Comments

“Maafin aku” Ucapnya risau
“Tentang apa?”
“Tentang aku.....”
“Dan dia, Aku sayang dia”
“Tak apa” Ucapku tersenyum, miris.
“Pada akhirnya selama 3 Triwulan kedekatan kita, semuanya hanya berakhir dalam skenario dimana aku hanyalah sebagai figuran, sedangkan kau dan dia sebagai peran utama. Kau dan dia menari dan berlari dengan lincah, sedangkan aku hanya peran naif yang datang ketika dibutuhkan. Aku hanya datang sebagai pelipur laramu, setelah itu aku dipaksa untuk pergi. Pada akhirnya, aku hanya akan tersakiti dan dipatahkan berulang kali. Pada akhirnya, aku hanya akan kembali merasakan perasaan ini sendirian, tanpa timbal balik yang sesuai ekspetasi. Pada akhirnya, aku lah yang paling tersakiti dalam cerita ini” Ucapku sembari menghela nafas
“Bahagia ya” Ucapnya memalingkan muka
“Karena kamu adalah bahagiaku, meskipun aku bukanlah bahagiamu” Pelupuk mataku sudah penuh dengan air mata yang kutahan sejak tadi


Semudah itu.
Semudah itu kau datang
Semudah itu juga kau tinggalkan aku
Semudah itu kau menata hatiku
Semudah itu juga kau merusak dan mengobrak-abrik perasaanku
Semudah itu kau membuatku masuk kedalam pelangimu
Semudah itu juga kau memaksaku untuk pergi dari pelangimu dan masuk kedalam badaimu
Sesederhana itu.
Sesederhana itu aku bertahan
Sesederhana itu aku berharap kamu kembali
Sesederhana itu aku mencoba untuk terlihat baik-baik saja

Sesederhana itu aku berkata padamu bahwa “Aku bahagia jika kau bahagia”




-Nmz-
Sabtu, 18 November 2017
22.28 WIB

0 komentar:

KOMOREBI

November 17, 2017 Nisa 0 Comments

Komorebi
Kau tau Komorebi ?
Ya, Ialah fenomena dimana sinar matahari berinteraksi dengan pepohonan
Sederhananya, Komorebi adalah momen ketika cahaya matahari terpancar dari celah-celah dedaunan
Indah, bukan?
Memang,
Terangnya dapat membutakan mata dalam beberapa saat
Namun, setelahnya kita akan dibuat terpana oleh keindahannya
Begitu juga kamu
Kamu datang di antara celah-celah hidupku yang teramat rapuh
Kamu memberikan keindahan yang tak dapat kuterjemahkan
Namun,
Kini cahaya itu pudar
Ya,
Perlahan cahaya itu mulai pergi
Tak ada lagi Komorebi
Tak ada lagi cahaya yang menerpa dedaunan
Tak ada cahaya diantara celah-celah dedaunan
Dan,
Tak ada lagi kamu
Komorebi-ku pergi
Begitupun kamu,
Kamu pergi



Kamu,Komorebi
Dua hal ciptaan tuhan yang teramat mengagumkan



Aku akan menunggu,
Menunggu Komorebi-ku datang kembali





-Nmz-
Rabu, 16 November 2017
00.46 WIB

0 komentar:

Untukmu, si lelaki apatisku

November 04, 2017 Nisa 0 Comments

Bahkan sampai sekarang
Aku bingung,
Kau itu nyata atau hanyalah sebuah ilusi
Kau terlalu sulit untuk aku mafhumi
Aku terlalu sibuk dengan rasa nyamanku kepadamu,
Sehingga aku lupa
Lupa akan sandiwaramu
Lupa akan 'kepura-puraanmu'
Kau tak pernah ada rasa sedikitpun kepadaku, 'kan ?
Sudahlah,
Jangan mengelak

Bodoh.
Mengapa rasa sayangku mengalahkan rasa benciku?

Hentikanlah sandiwaramu
Itu akan menyakiti dirimu sendiri
Kau tak perlu memaksakan diri hanya untuk menghargai seseorang
Pergilah
Jangan memaksa untuk bertahan jika memang kau tak sudi melakukannya

Aku dengan rasaku
Kau dengan rasamu
Rasaku untukmu
Walau rasamu bukan untukku
Biarlah ini menjadi urusanku

Pergilah
Berbahagialah


I love you,Always.





Sabtu, 4 November 2017
00.08 WIB
-Nmz-

0 komentar:

Teruntuk kalian, si pengharap harapan semu

September 01, 2017 Nisa 0 Comments

Kau bilang berharap itu menyakitkan
Lantas,
Mengapa kau masih terus menerus mengharapkannya?
Kau bilang mencintai sebelah pihak itu menyakitkan
Lantas,
Mengapa kau masih bertahan?
Dengan gagahnya kau berkata "Aku mencintainya"
Cinta seperti apa yang hanya berjuang sebelah pihak?
Cinta seperti apa yang membuatmu menunggu tanpa menemukan titik kepastian?
Sudahlah,
Jangan terus menerus menunduk
Angkat kepalamu,
Nanti mahkotamu terjatuh.
Lihatlah dunia ini lebih luas,
Banyak orang yang menunggumu
Banyak orang yang mengharapkanmu
Hanya saja,
Hatimu telah buta karena dia
Dia yang sama sekali tak peduli akan kehadiranmu
Percayalah,
Semuanya akan baik-baik saja
Setelah hujan pasti akan ada pelangi
Setelah luka pasti ada bahagia
Setelah menunggu pasti ada yang datang
Semua akan indah pada waktunya,
Jika kau mau menunggu, berusaha dan berdoa
Jangan terus menerus terlarut dalam perasaan yang sama sekali tak menguntungkanmu:)


-Nmz-

0 komentar:

Si Wanita 'Jalang'

August 16, 2017 Nisa 0 Comments

Sesosok bayi yang ada didalam kandungan para pendosa
Haruskah kau enyahkan bayi itu saja?
Kau seolah tak rela melihatnya tumbuh besar dengan lumuran dosa
Si pembuat dosa besar akhirnya mafhum bahwa ia akan terus membawa dosanya hingga nanti
Kesempatan tak akan datang dua kali
Nikmatilah penyesalanmu, wahai si pendosa besar

Ingatanmu kembali melayang saat engkau masih muda
Engkau menyesal akan pilihanmu
Kesucianmu kau korbankan hanya demi memuaskan nafsu semata
Lantas?
Kau melalukan perbuatan keji kepada janin yang tak memiliki dosa
Itulah keputusan egoismu, yang membuat janin kecil ini tak bisa melihat bagaimana rupanya dunia

Ironis sekali
Bahkan tak ada yang berhak mengakhiri nafas manusia kecuali yang maha-Kuasa
Sang pencipta alam semesta.
Masa sudah berbeda. 
Waktu sudah lama berlalu
Dahulu 
Chairil anwar menjuluki dirinya sendiri dengan 
"Aku si binatang jalang"
Tidak dengan saat ini, yang ada hanyalah
"Kaulah si binatang jalang"



July 25, 2017
-Collab-
Nmz X Jhun

0 komentar:

Kamu dan senja (2)

June 27, 2017 Nisa 0 Comments

Senja menjelang malam. Di punggung bukit ini mentari bersandar. Bias cahayanya lembut mewarnai langit barat. Sadar atau tidak sadar bias cahaya itu telah mengubah wajah bukit sandaran matahari ini jadi sebuah fenomena: tentang perubahan sebuah lukisan realis yang tanpa ada satu garis pun melenceng, menjadi sebuah siluet bukit dengan jejeran nyiur berlatar langit senja kemerah-merahan. Indah. Senja, Aku suka senja hangat dan menenangkan.

Umi membuyarkan lamunanku, ia memanggil namaku. Dengan langkah tergesa-gesa aku berlari menuju umi. Kami bergegas agar tak kesiangan.
Hari ini, Aku akan menjalani kehidupan baru di kampusku yang baru. Umi-ku memang selalu berpindah-pindah tempat kerja, pada akhirnya aku harus mengikuti umiku. Aku memang anak tunggal, tanpa adik dan tanpa kakak. Umi pun adalah tulang punggung keluarga. Abi ku meninggal ketika aku masih smp, itu menyebabkan umi harus bekerja dengan ekstra.
Mobilku  melaju membelah jalanan di Kota Bandung. Gedung-gedung pencakar langit tertata sangat rapi, kota Bandung yang memang tak seasri dulu namun tetap indah. Sesaat kemudian aku sampai di Kampus baruku. Aku berjalan menyusuri koridor kampus.

*Brakkk*

"Awww" Rintihku
"Eh maaf-maaf. Lo gapapa? " Ucap seorang pria berambut pirang itu
"Gapapa apanya, sakit kali" Omelku
"Iya-iya maaf sih. Udah ya gue buru-buru nih" Ucapnya dengan wajah tanpa dosa
Akupun segera mengambil tasku yang terjatuh.
"Sialan... "
"Heyy... Lo, iya lo" Teriaknya, reflek akupun menoleh ke arahnya
"Gue? " Ucapku
"Iyaa lo" Jawabnya sembari berjalan mendekatiku
"Nama lo siapa? " Lanjutnya
"Gue Zara annisa. Lo? "
"Gue Dinda ainun. Salam kenal ya ra"
"Hmm,  Juga din"
"Eh btw, lo pindahan ya? Dari mana? " Tanya nya
"Gue dari Jakarta Din" Jawabku
"Lo kan belum tau nih Kampus ini, Lo juga belum tau daerah sini. Kalo mau kemana-mana hubungi gue aja ya"
"Oke Din."
Singkat cerita, karena aku sudah tidak ada mata pelajaran akupun memutuskan untuk pulang.
Naluri wanita akupun muncul, Aku berkaca di salah satu di spion motor berwarna merah.
"Heh, ngapain lo" Teriak seseorang dengan suara yang tak asing. Akupun menoleh ke arah asal suara
"Eh lo yang tadi nabrak gue ya, mau ngapain lo? Minta maaf? Udah gue maafin" Ucapku dengan senyum licik
"Eh curut, lo ngapain ngaca di motor gue"
"Oh, motor lo? Yaudahsih gue kan cuman numpang. Pelit amat lo. Gue punya nama gausah manggil curut kali"
"Numpang? Lo kira motor gue motor apaan"
"Yaudah deh maaf. Gue mau pulang, Bhay" Ucapku sembari meninggalkan pria berambut pirang dan bertubuh tinggi itu
"Sialan lo curut"
Akupun berlari menuju ke arah gerbang utama. Tiba-tiba smartphone-ku berbunyi
Muncul nama "Umi" dilayar smartphone-ku
"Assalamualaikum. Zara? " Ucap suara diseberang sana
"Waalaikumsalam. Kenapa mi? "
"Umi gabisa jemput kamu. Kamu pulang sendiri ya. Maafin umi. Bhay sayang"
"Lah dimatiin" Ucapku
Dengan terpaksa, akupun mencari angkot.
"Heh curut" Teriak si pria berambut pirang
"Ape lo? "
"Katanya mau pulang. Bohong mulu lo"
"Umi gue gajemput"
"Mau gue anterin? "
"Hah? Anterin? Lo pasti mau nyulik gue kan? Terus nanti lo mutilasi gue ? " Ucapku
"Apaan sih lo ah, kebanyakan makan micin ya. Udah ayo" Ucapnya menarik tanganku
"Gausah pegang-pegang" Ucapku sembari naik ke motor si pria berambut pirang itu
Motor si pria itupun melaju kencang
"Rumah gue di jalan... " Belum sempat kulanjutkan ucapanku, ia memotong pembicaraanku
"Lo harus anter gue dulu" Ucapnya
"Hah? Kemana? Ini udah sore gila lo. Tuhkan bener lo mau nyulik gue, jangan dong gue belum kawin" Ucapku panik
Ia tak menjawab, namun mempercepat laju motornya.
Setelah beberapa menit, iapun menghentikan motornya ditempat yang sangat asing, namun indah.
"Ikut gue" Ucapnya menarik tanganku
"Jangan pegang-pegang" Ucapku melepaskan genggamannya
Kitapun berjalan menyusuri hutan-hutan yang tak terlalu banyak ditumbuhi pepohonan
"Gila lo. Mau kemana kita? " Tanyaku
Ia tak menjawab
"Nah. Sampai" Ucapnya
"Wahh keren... " Ucapku takjub melihat pemandangan Kota Bandung dari atas sini
"Tiap sore, Gue suka nunggu senja datang disini. Gue suka senja" Ucapnya lembut
"Lo suka senja? " Tanyaku
"Sangat suka"
"Gue juga... Akhirnya.... "
"Kenapa lo? " Tanyanya
"Rasanya susah nemuin orang yang suka senja" Jawabku
"Lo suka senja juga curut? "
"Gue punya nama! " Ucapku
"Oh oke. Siapa nama lo? "
"Gue Zara."
"Gue Aditya. Panggil aja Adit"
"Gue gananya" Ucapku sinis
"Gue ngasih tau"
"Gue gamau tau"
"Terserah" Ucapnya memalingkan muka
Hari mulai gelap, senja datang bersama sore yang hangat. Indah sekali. Rasanya tenang dan damai saat bisa melihat senja sedekat ini
"Aku pernah memimpikannya, tapi melihatnya sedekat ini selalu memberikan kebahagiaan tersendiri" Ucapku pelan.
"Gausah aku-akuan, geli gue dengernya" Ucapnya menyentuh pelan ubun-ubun kepalaku yang dilapisi hijab.
"Pulang yu... Senja nya udahan"
"Ayo" Ucapnya beranjak meninggalkan tempat itu
Rasanya menyenangkan sekali.
"Udah nih nyampe. Turun kali, nyaman banget lo" Ucapnya
"Oh udah nyampe. Ayo masuk dulu" Ucapku
"Boleh"
"Mii.. " Teriakku dari depan pintu
"Ara.. Kamu baru pulang? Umi khawatir nak" Ucapnya berlari kearahku
"Zara dianterin Adit mi. Nih kenalin"
"Tante.. " Ucapnya tersenyum
"Oh iya, makasih ya nak. Ayo masuk dulu" Ucap umi mempersilahkan
"Gausah tante, Adit langsung pulang aja"
"Oh yaudah hati-hati ya nak"
"Hati-hati Dit" Ucapku melambaikan tangan
"Ayo masuk nak"
Akupun menutup pintu bersamaan dengan menjauhnya suara motor Adit.
                                    ****
"Ara... " Teriak seseorang dari ujung Koridor
"Apa Dit? Lo kemarin sampe rumah malem ya?" Ucapku
"Ya lumayan lah. Oiya, gue minta nomor lo dong"
"Buat apa? Lo mau neror gue ya? "
"Hushh ah dosa suudzan mulu"
"Becanda kok. Nih" Ucapku menyerahkan Smartphone-ku
"Okey. Anterin gue ke perpus yuk" Ajaknya
"Ayo"
Akupun berjalan seiringan dengan Adit. Sepanjang jalan, Orang-orang disekeliling melihat kearahku
"Kenapa sih Dit? "
"Nggak kok. Udah gausah diliatin balik"
"Zaraaaa..... " Ujar Dinda berteriak
"Eh Dinda. Kenapa Din? " Ucapku
"Ra bentar gue mau ngomong. Eh Adit, Sebentar ya" Ucapnya menarik tanganku
"Bentar Dit" Ucapku
Adit hanya mengangguk pelan
"Apa Din? "
"Zara. Lo kok bisa sama Adit? "
"Lah masalahnya dimana? "
"Diatuh the most popular boys dikampus kita ra" Ucapnya
"Oh ya? Terus? "
"Lo hati-hati deh, apalagi sama si Riany. Diatuh suka banget sama Adit. Dia bakal ngelukain orang-orang yang coba ngerebut Adit dari dia" Jelasnya
"Hmmm Okey" Ucapku singkat
"Hati-hati lo. Kalo ada apa-apa bilang ke gue" Ujar Dinda meninggalkanku
"Ada apa Ra? " Tanya Adit
"Engga Dit. Ayo"
                                     ****
1 Minggu berlalu, selama 1 Minggu pun aku mempunyai rutinitas baru ; Menikmati senja bersama Adit.
Rasanya nyaman, perasaanku yang awalnya biasa saja seiring berjalannya waktu perasaanku berubah karena perhatian-perhatian kecil darinya.
Aku memang mempunyai trauma berat dalam hal asmara. Sehingga sulit rasanya membuka hati untuk orang baru. Adit adalah orang yang berbeda.
Dia dan senja
Keduanya adalah kebahagiaan terbesarku

"Heh..  Lo" Ucap seseorang yang sama sekali tak kukenal
"Gue?" Ucapku menunjuk diriku sendiri
"Iya lo. Zara kan? Gue Riany" Ujarnya memperkenalkan diri tanpa diminta
"Oh, Ada urusan apa? " Tanyaku cuek
"Lo ada hubungan apa sama Adit? " Ucapnya mencengkram bahuku
"Sakit. Lepasin. Gue gaada apa-apa sama Adit. Dia cuma temen gue. Salah? " Ucapku, menepis lengannya
"Dasar pendusta! Gue tau lo sering jalan sama Adit, semua orang tau lo selalu bareng Adit. Lo jauhin Adit! Dia milik gue! Camkan! " Ucapnya mendorong tubuhku
"Denger ya Riany, Adit bukan milik lo. Dia milik dirinya sendiri." Ucapku beranjak pergi meninggalkan ia

"Ara... "
"Apa dit? "
"Riany ngapain lo? Lo tadi disamperin Riany kan? " Tanyanya dengan nada khawatir
"Gapapa dit, udahlah"
"Yaudah ayo pulang"
"Kita gak ke bukit dit? "
"Iya maksud gue ke bukit, abis itu pulang"
"Oke"
Seperti sore-sore biasanya aku dan Adit pergi ke bukit untuk menikmati senja.
Momen yang selalu kutunggu, menikmati senja bersamanya.
"Ra... Kenapa lo suka senja? "
"Gue rasa kebahagiaan gue ada disana. Lo kenapa dit? "
"Senja itu kuat dan selalu menghangatkan, padahal kenyataannya ia rapuh dan perasa" Ucapnya pelan
"Oh ya? "
"Iya ra.. Lo harus kayak senja ya"
Aku hanya membalas dengan senyuman yang dibalas dengan elusan lembut tangan Adit di ubun-ubun kepalaku.
                                     ****
Sejak pagi, aku tak melihat Dinda. Akhirnya akupun berjalan sendirian menyusuri koridor.
Tiba-tiba ada yang mencengkram tanganku dan menarikku ke toilet wanita
"Riany? Mau apa lo? " Ucapku terkejut
"Denger ya. Gue udah peringatin lo buat jauhin Adit. Kenapa lo tetep deketin dia? "
"Riany, Itu hak gue. Lo gapunya hak apapun buat ngelarang gue. Lo bukan siapa-siapa"
*Plakk*
Riany menampar pipiku dengan keras sehingga pipiku memerah
"Apaan sih lo" Ucapku dengan nada naik satu oktaf
"Gue akan lukain siapapun yang nyoba rebut Adit dari gue! " Ucapnya sembari mengeluarkan silet dari tasnya.
"Mau apa lo? " Ucapku menjauh darinya.  Ia hanya membalas dengan senyuman licik dan akhirnya ia menyayat lengan kananku dengan silet yang tadi ia keluarkan
"Jauhin Adit! " Ucapnya bergegas pergi meninggalkanku
Darah bercucuran deras dan jatuh ke lantai toilet, dengan sigap aku mengambil tisu dari tasku dan berlari menuju UKS
"Araa... Lo kenapa? " Teriak Adit
"Gapapa..." Ucapku
Dengan sigap Adit menuntunku menuju UKS.
Sesampainya di UKS, Adit mencari betadine dan perban
"Ra lo kenapa? Lo diapa-apain sama Riany ya? "
Aku hanya mengangguk lemas
"Gue gak bisa biarin dia gini terus"
"Udah dit udah. Gue gapapa"
"Lo gila ya? Tangan lo berdarah, Pipi lo merah. Lo masih bilang gapapa? Dasar cewek" Ucapnya menggelengkan kepala
"Apasih lo ah" Ucapku tertawa sembari memukul lengannya
"Nah gitu dong. Lo kan harus kuat kayak senja"
"Terserah lo deh dit" Ucapku sambil mengacak-ngacak rambutnya

*Adit POV*
Entah rasa apa ini. Tapi, gue rasa gue nyaman. Ara, akhir-akhir ini selalu jadi alasan gue bahagia.
"Bundaa... Adit pulang"
"Hei.. Sini sayang bunda mau ngomong"
"Iya bun. Kenapa? "
"Riany cerita kamu lagi deket sama cewek ya? Bunda mohon jangan deketin cewek selain Riany. Keinginan bunda adalah perintah untuk kamu" Ucap bunda
"Terserah bun. Aku udah besar, udah bisa memilih mana yang benar dan salah. Tolong hargai pilihanku"
Itulah bunda. Ia tak tau sepicik apa Riany. Dulu, aku memang sempat berhubungan dengannya namun ia memang tak sebaik yang kukira. Ia selalu memaksaku untuk mengikuti perintahnya. Aku muak.
Zara. Hanyalah Zara pilihanku.

*Zara POV*

*Drrttt*
Handphone-ku berbunyi. Nama Adit muncul dilayar handphone-ku
"Assalamualaikum. Kenapa dit? "
"Waalaikumsalam. Besok gue jemput ya"
"Lah ngapain lu? "
"Gamau liat senja lu? Yaudah"
"Lah gue lupa. Yaudah jemput ya, jangan ketauan Riany nanti gue dijahatin lagi hahah"
"Iya Zara. Selamat malam"
"Selamat malam, dit"
                                     ****
"Zaraa. Ada Adit"
"Iya umi"
Salah satu kebiasaan Adit adalah 'ngaret'
"Lama amat sih dit yaelah" Ucapku
"Iya maaf. Ayo berangkat keburu sore dijalan"
"Umi, Ara sama Adit berangkat.  Assalamualaikum "
"Iya hati-hati ya" Ucap umi melambaikan tangan
"Zara pegangan" Ucap Adit
"Najis dah"
"Hush gak boleh berbicara seperti itu Ara"
"Iyee iyee"
Singkat cerita, kamipun sampai di bukit tempat kami melihat senja
"Ra.. Sambil nunggu senja gue mau ngomong"
"Apa? "
"Lo pernah gak sih ngerasain saat lo bangun tidur tiba-tiba selalu terlintas bayangan wajah seseorang. Apa itu artinya lo cinta sama orang itu? "
"Entahlah. Kenapa lo nanya gitu dah? "
"Gue sering ngalamin itu akhir-akhir ini"
"Siapa? "
"Gue lah"
"Maksud gue siapa ceweknya? "
"Kepo lo kayak dora"
"Serius dit"
Iapun terdiam sejenak
"Lo,Zara" Ucapnya menatapku
"Hah? Apaansih lo ah gak lucu"
"Ra. Gue serius"
Aku hanya membalas dengan meliriknya
"Dit" Ucapku pelan
"Kalo gue sayang lo gimana? " Lanjutku
"Ra."
"Kalo gue sayang lo juga gimana? " Ucapnya tersenyum
"Kalau kita memang ditakdirkan untuk bersama, pasti akan ada jalan dit"
Adit hanya tersenyum
Senja.
Sungguh ku berterimakasih kepada senja yang telah memberikan kehangatan dan kenyamanan seperti saat ku didekat Adit.
"Zara. Kalau suatu saat lo kangen sama gue dan posisi gue lagi jauh dari lo. Lo cukup liat senja, karena meskipun kita ada ditempat yang berbeda kita bakalan ngerasa deket karena ngeliatin sesuatu yang sama"
"Iya dit" Ucapku tersenyum
                                  *****
Saat itulah saat terakhir aku bertemu dengannya, semenjak itu ia tak pernah ada di kampus, ia tak pernah mengabariku.
2 Minggu berlalu. Bahkan aku tak tau bagaimana keadaan Adit sekarang.
Tiba-tiba lamunanku dibuyarkan oleh umi yang memanggilku dari bawah.
"Zara. Ada Dinda nih"
"Suruh kekamar aja mi"

*Tokk Tokk Tokk*

"Masuk din"
"Ra" ucapnya membuka pintu dengan wajah risau
"Sini duduk. Kenapa lo? "
"Ra"
"Kenapa sih din"
"Nih" Ia menyodorkan sebuah undangan pernikahan berwarna merah muda dengan pita ungu
"Baca" Ucapnya masih dengan wajah risau
Akupun melihat undangan itu, alangkah terkejutnya aku saat melihat nama
"Aditya & Riany"
Dihalaman depan undangan itu
"Adit? " Ucapku lemas. Air mata mengalir deras membasahi pipiku. Bahkan untuk mengeluarkan kata-katapun rasanya sangat sulit.
"Zara. Lo baik-baik aja kan? " Ucap Dinda
"Iya din"
"Acaranya besok ra, lo gausah datang ya"
"Gue pasti bakalan datang din"
"Lo kuat ra? "
"Adit selalu bilang gue harus jadi cewek sekuat dan sehangat senja. Mungkin maksud dia, gue mesti kuat bila pada akhirnya Adit bakalan pergi dari kehidupan gue" Ucapku lemas
"Oke. Lo harus selalu bareng gue ya" Ucapnya
"Iya din"
Malam itu,
Menjadi malam neraka bagiku
Adit menikah dengan Riany
Ironisnya, aku tetap mencintainya
Ironisnya, aku tetap mengharapkannya
Dia datang membawa sejuta kebahagiaan yang tak dapat kudeskripsikan
Ia memberiku banyak harap
Banyak harap yang ternyata--semu.

#Esoknya

Hari ini, hari indah bagi Adit dan Riany. Namun, hari buruk bagiku dan hatiku. Dengan langkah gontai aku menuju gerbang depan rumahku karena Dinda sudah menunggu cukup lama. Entah apa yang terjadi nanti, aku hanya bisa meyakinkan diriku bahwa aku akan baik-baik saja.
Perlahan, aku dan Dinda memasuki gedung tempat Adit dan Riany melangsungkan pernikahan.
Mataku dengan sigap mencari dimana keberadaan Adit.
Deg....
Mataku bertemu dengan mata Adit, ia terkejut begitupun aku. Aku hanya tersenyum pahit seolah berkata "Aku baik-baik saja" . Terlihat Riany memakai gaun ungu,begitu anggun. Sungguh, rasanya sangat menyakitkan. Aku tak kuat, aku berlari ke luar yang kemudian disusul oleh Dinda.
"Din kita pulang ya" Ucapku pelan
"Iya ra" Ucapnya
Mobil Dinda nih melaju meninggalkan gedung tempat Adit dan Riany melangsungkan perninkahan.
"Hmm.. Ra? Gue ada ini buat lo" Ucapnya menyerahkan sepucuk surat berwarna orange
"Dari siapa? " Ucapku
"Adit. Dia ngasihin ini 2 Minggu yang lalu. Dia bilang gue harus kasih ini ke lo saat dia lagi ngelangsungin pernikahan sama Riany"
"Oke" Balasku singkat. Aku membuka surat beramplop orange itu.

Hai,
Zara annisa
Si perempuan sekuat senja


Maafkan aku,
Aku mencintaimu
Namun, bundaku berkata lain
Aku tak bisa membantah perintah bundaku lagi
Kau, adalah perempuan yang sangat kucintai
Aku ingin kau bahagia bersama lelaki lain ra
Kamu jangan pernah lupa untuk selalu melihat senja
Kau tau apa yang paling menyakitkan?
Saat dua orang yang saling mencintai dipaksa untuk berpisah
Kumohon,
Kau harus bahagia
Berjanjilah
Kamu harus selalu ingat, jadilah seperti senja yang hangat dan kuat meskipun pada kenyataannya ia rapuh dan perasa.
Aku mencintaimu, Zara.


Adit



Air mata mengalir deras membasahi pipiku.
Adit pergi, meninggalkan sejuta kenangan
Aku mencintaimu, Adit.
Pun jika memang pada akhirnya kau tak bisa bersamaku
Aku akan tetap mencintaimu
Kau tau dit?
Bahkan ini lebih buruk dari sekedar 'patah hati'
Kisah ini seperti kisah perwayangan
Yang jalan ceritanya diatur oleh skenario
Kau dan dia adalah peran utama yang selalu muncul, berjalan dengan gagah
Sedangkan aku hanyalah peran figuran yang hanya muncul sesekali
Aku hanyalah peran figuran yang naif
Sejujurnya,
Ini bukan urusanmu denganku
Tapi ini urusanku dengan hatiku
Berbahagialah dit
Tetaplah menjadi sehangat senja

Aku mencintai senja
Aku mencintai Adit.
Adit dan senja
Keduanya adalah kebahagiaan terbesarku:)



-Tamat-

0 komentar:

Ilya❤

June 19, 2017 Nisa 0 Comments

Bahkan diantara lembaran-lembaran puisi ku yang berserakan
Diantara tugas-tugasku yang tak sempat kuselesaikan
Disana, selalu terselip namamu
Berhentilah berpikir perihal keapatisan sikapku
Kumafhumi, Sikapku dapat membuatmu gusar
Namun, Bukankah rasa kepedulian tak perlu dipamerkan kepada dunia?
Kau tak perlu khawatir,
Kupastikan ku takkan pergi
Karena, kau adalah 'rumah'-Ku
Rumah?
Ya, Rumah
Karena sejauh apapun aku bertualang, kaulah tempatku kembali
Ilya❤



NMZ
Subang, 19 Juni 2017
18.40 WIB

0 komentar:

Untuk kalian, Para sahabat-Ku

June 19, 2017 Nisa 0 Comments

Bersama hujan kusampaikan
Kepada kalian,
Sahabat-ku
Seperti kata pepatah
"Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan"
Kelak,Kita semua akan mengalaminya
Rasanya tak menyenangkan sama sekali
Tak lama lagi,
Kita akan menyibukkan diri dengan urusan kita masing-masing
Cepat atau lambat,Kita tak lagi bisa bertatap muka
Kurasa,
Aku akan merindukan kalian,Sahabat-ku.
Namun,
Kita telah cukup dewasa untuk bisa merekonsiliasi-kan keadaan yang tak menyenangkan ini,kan?
Tetaplah jadi diri kalian sendiri,
Tetaplah berjuang agar menjadi manusia yang berguna
Aku hanya berharap,
Agar kalian bisa seperti senja yang hangat dan tegar,meskipun pada kenyataannya ia rapuh dan perasa
Aku hanya berharap,
Agar kalian bisa seperti awan putih yang mesti tak diminta namun senantiasa menjaga setiap orang dari panasnya terik matahari
Aku hanya berharap,
Agar kalian bisa seperti laut yang tenang dan damai, ia tak perlu menceritakan kepada dunia seberapa hebat dirinya
Aku hanya berharap,
Agar kalian bisa seperti batu karang  yang kuat dan teguh,Meskipun ia terus-menerus dihantam ombak namun ia tetap kuat bahkan senantiasa menanti ombak datang kembali.
Percayalah,
Dunia luar begitu kejam
Tetaplah menjadi insan sekuat batu karang,sehangat senja dan setenang air.
Semoga kalian selalu dalam lindungan-Nya:)


-NMZ-
Subang, 7 Juni 2017
09.10 WIB

0 komentar:

Si Lelaki apatis-ku

June 19, 2017 Nisa 0 Comments

Untukmu,
Si lelaki yang enggan untuk peduli
Si lelaki yang enggan untuk memahami
Maafkan aku,
Maafkan aku atas rasa ini
Jika aku diperkenankan untuk memilih kepada siapa aku harus jatuh hati
Mungkin, aku tak akan menjatuhkan perasaan ini kepadamu,
Kepada lelaki yang sama sekali tak mau tau bahkan malas untuk tau tentang bagaimana perasaanku
Kuakui,
Aku benci memiliki perasaan ini
Maafkan aku karena terkadang aku tak tau diri
Kusadari,
Dimatamu aku hanyalah untaian debu yang tak mengarah
Namun dirimu,
Namamu selalu abadi dalam setiap sajak-ku
Aku tak masalah jika kau tak menggubris perasaanku sedikitpun
Namun,
Aku tak akan menyerah semudah itu
Aku tak peduli perihal perasaanmu kepadaku
Pun jika memang pada akhirnya kau tak pernah menganggapku ada,Itu bukan masalah besar bagiku
Sejujurnya,
Ini bukan urusanku denganmu
Namun,Ini urusanku dengan hatiku
Satu hal yang aku tau dan aku pahami,
Aku tak memerlukan timbal balikmu,
Terserah...
Kau mencintaiku atau tidak,
Itu urusanmu:)


-NMZ-
6 Juni 2017
20.58 WIB

0 komentar:

Gadis Kecil Penjelajah Dunia

May 11, 2017 Nisa 0 Comments



Senja menjelang malam. Di punggung bukit ini mentari bersandar. Bias cahayanya lembut mewarnai langit barat. Sadar atau tidak sadar bias cahaya itu telah mengubah wajah bukit sandaran matahari ini jadi sebuah fenomena: tentang perubahan sebuah lukisan realis yang tanpa ada satu garis pun melenceng, menjadi sebuah siluet bukit dengan jejeran nyiur berlatar langit senja kemerah-merahan.Indah.
Aku selalu menyukai fenomena menawan ini.Aku selalu bermimpi berada di atas puncak gunung dan melihat berbagai macam fenomena yang lebih menawan. Mungkin,untuk sebagian orang mimpiku adalah mimpi konyol yang tak mungkin bisa dilakukan oleh gadis seusiaku. Tapi,bagiku m
impi itu ibarat gunung,mereka hanya diam dan tidak pernah pergi kemana-mana. Kita hanya perlu menentukan bagaimana cara kita mendapatkan mimpi itu.
Beberapa minggu yang lalu, dengan tekad yang bulat aku memutuskan pergi mendaki bersama seorang kawan karibku,Alvi. Ya! Kita pergi mendaki hanya berdua,dan kita berdua adalah dua orang gadis nekad yang percaya bahwa inilah cara kita mendapatkan mimpi kita. Karena mimpi kita berada diatas puncak gunung.
“Capek ya,kapan nyampe sih?” Ucap Alvi sambil mengusap dahinya yang dipenuhi banyak keringat.
Aku hanya menggelengkan kepala dan tersenyum melihat tingkah Alvi.
Singkat cerita, setelah beberapa jam kita berjalan akhirnya kita sampai di tempat yang selalu menjadi impian kita.Puncak.
Rasa lelah yang sejak tadi kurasakan,hilang begitu saja setelah aku melihat keindahan ciptaan-Nya. Dalam keagungan ciptaan Tuhan kita hanyalah sebagian kecil yang tak berharga. Untuk apa kita sombong?
Aku dan Alvi memutuskan untuk menginap satu malam dan mendirikan tenda.Langit saat malam itu begitu hitam sampai batasnya dengan bumi hilang. Akibatnya,bintangdan lampu kota bersatu, seolah-olah berada di satu bidang. Indah, kan?.
Terkadang ada saat dimana gelap malam seakan mampu mengerti kamu lebih dari yang lain. Bersama bintang. Bersama bulan. Bersama langit malam. Cukup dengan melihat alam, kamu merasakan kedamaian.
Keesokan harinya,Aku dan Alvi bergegas pulang kerumah.
“Semoga kita bisa bertemu lagi wahai kabut pagi,hutan dan puncak” Ucapku dalam hati.
Sesampainya dirumah, yang kuharapkan memang tak sesuai dengan kenyataannya.Lagi dan lagi, Ayahku memang tidak mengizinkan anak perempuannya ini mempunyai bahkan melakukan hobby nya yang menurut dia bahaya dan tidak ada manfaatnya.Tapi,bagiku itu bukanlah penghambat. Mengapa kita harus menyerah untuk sesuatu yang pantas kita perjuangkan?
Jujur saja, telingaku sudah panas dan bosan setiap kali aku pulang dari pendakianku, selalu saja tak ada penyambutan kepulanganku dengan setidaknya menanyakan ‘Apa kabar?’.Sebaliknya, selalu omelan yang kudapatkan.
Hobbyku ini memang mengundang banyak komentar negatif orang-orang, cacian bahkan makian.Alasan mereka karena katanya perempuan berhijab sepertiku tidak sepatutnya mempunyai hobby mendaki gunung bahkan tidak pantas mempunyai impian untuk menjelajah dunia.
Jangankan orang-orang diluaran sana. Orang-orang terdekat pun seakan tak percaya akan semua mimpiku itu, salah satunya Ayahku. Tapi apa salahnya? I do what I love, and I love what I do.

 *****
Hari ini,hari cantik dan tanggal cantik kesukaanku, Ya! Hari libur dan tanggal merah.Karena, di hari dan tanggal itu aku bisa melanjutkan pendakianku.
 “Yah,mau ngelanjutin pendakian boleh? Mumpung 3 hari libur” Ucapku hati-hati
“Udah berapa kali Ayah bilang?Hobby kamu yang gak ada gunanya itu gausah kamu lanjutin!” Jawab ayahku dengan nada sedikit meninggi.
“Tapi, Ayah gatau soal mendaki. Yang Ayah tau hanya hal negatif.Yah, Ga semua yang Ayah pikir buruk itu memang kenyataannya buruk.Jangan menilai sesuatu dari apa yang ayah dengar, tapi nilailah sesuatu dari apa yang Ayah Lihat” Ucapku
“Kamu adalah tanggung jawab Ayah.Kamu gak seharusnya melakukan sesuatu yang Ayah larang.Apa untungnya mendaki buat kamu? Sebegitu banyakkah manfaatnya sampai kamu menjadi keras kepala demi pendakian itu?”Ucap ayahku naik oktaf
 Aku hanya terdiam. Aku sudah tak tahan mendengar ocehan Ayahku.
“Nasihat ayah adalah kewajiban yang harus kamu turuti.Jangan  membantah!” Lanjut ayahku
“Yah,
Selama ini Ayah selalu bilang, sejak aku lahir ke dunia ini, aku sudah punya tugas &kewajiban yang harus aku jalani. Ibadah.Tapi enggak cuma shalat, belajar, sekolah.Senyum ke orang pun bisa jadi ibadah. Tapi semua ibadah-ibadah itu cuma bisa aku jalani dengan kesungguhan dari diri aku sendiri. Tapi disini aku yang mengatur hak aku untuk menentukan dimana & bagaimana aku menentukan kewajiban itu.Selama ini aku sudah melaksanakan kewajibanku. Lalu apa salahnya jika sekarang aku menggunakan hak aku,Untuk memilih apa yang aku suka."Ucapku dengan nada yang lebih rendah
 Ayahku terdiam beberapa saat
“Apa yang kamu inginkan?”Tanya Ayahku
“Aku hanya ingin menjadi seorang muslim yang mampu menjelajahi dunia. Dan yang perlu ayah tau, Pendakian dan perjalanan itu memberikan kesan dan cerita tersendiri buatku” Ucapku
“Lanjutkan perjalanan dan pendakianmu.Gunakanlah hakmu dengan baik. Ayah beri kamu kesempatan. Jangan sampai kecewakan Ayah.”Ucapnya dengan nada pelan
“Baik Yah,terimakasih” Ucapku,senang rasanya setelah selama ini menanti jawaban indah itu,akhirnya keluar dari mulut Ayahku
 Karena
Tuhan selalu memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.
Keesokan harinya,akupun menyiapkan persiapan yang harus aku bawa. Rasanya ada yang beda, biasanya aku menyiapkan sendirian. Tapi, hari ini Ayah dan Ibuku membantuku menyiapkan kebutuhanku.Inilah yang aku inginkan sejak dulu.
Sore harinya,aku pun berangkat bersama Alvi. Destinasiku kali ini adalah gunung bongkok,gunung tertinggi di Purwakarta. Sekitar 3 jam perjalanan,jarak yang tidak terlalu jauh dari rumahku.
Sesampainya disana,seperti biasa aku dan alvi melakukan registrasi terlebih dahulu agar tidak masuk daftar hitam.
Perjalanan dari pos registrasi menuju pos 2 hanyalah 15menit.Dan, walaupun hanya di pos 2 tetapi kami sudah disuguhi pemandangan yang luar biasa indahnya. Karena malam sudah larut,aku dan alvi memutuskan untuk summit menuju puncak besok pagi.
Singkat cerita, kamipun sudah berada dipuncak.Perjalanan dari pos 2 menuju puncak sekitar 2-3 jam. Dan dipuncak kami bergabung bersama para pendaki lain. Bukan hanya untuk menikmati keindahan,tapi salah satu tujuan mendaki adalah mendapatkan keluarga baru. Saat kita berjuang bersama-sama meraih puncak.Terkadang kebersamaan yang kita lalui jauh lebih berarti daripada puncak yang telah kita capai. Apalagi yang lebih romantis dari berkumpulnya orang-orang dengan semangat yang sama dalam satu lingkaran?.
Perjalanan  adalah belajar melihat dunia luar,juga belajar untuk melihat kedalam diri. Pulang memang adalah jalan yang harus dijalani semua pejalan. Dari titik nol kita berangkat,kepada titik nol kita kembali.

*****
*1 Bulan Kemudian*
Rasanya aku rindu pendakian.Sudah lebih dari satu bulan aku tidak mendaki.Hai gunung. Hai Puncak. Hai hutan rimba.Hai tanjakan curam.Aku rindu.
1Bulan ini aku hanya fokus memikirkan tugas-tugas sekolah yang menumpuk.Karena bagaimanapun sekolah jauh lebih penting. Tapi, bukan berarti aku akan berhenti untuk melanjutkan perjalananku sebagai Hijab Traveler’s.

Hari demi hari,hanya satu hal yang kunanti. Tanggal merah.

         Akhirnya, tanggal merah itupun datang. Destinasiku selanjutnya adalah Gunung Guntur,yang terletak di Garut. Yang menurut orang-orang treknya mirip seperti trek menuju Gunung Semeru.
Dan,yang pasti pada perjalanan Kali ini aku tidak hanya berdua dengan alvi tapi kami pergi bersama para pendaki asal Jakarta,yang umurnya 8tahun lebih tua dariku.
Meskipun sekarang ayahku mendukung hobbyku bukan berarti aku tidak harus izin.Karena bagaimanapun izin dan restu dari orangtua adalah yang terpenting.
“Yah,besok aku mau pergi mendaki ke Gunung Guntur di Garut” Ucapku
“Wah jauh ya,tapi tidak masalah. Asalkan kamu tidak melupakan kewajiban kamu sebagai seorang muslim,sholat. Dan kamu harus bisa jaga diri”Ucap ayahku
“Iya yah”
“Jadilah Ibnu Batutah untuk ayah”
“Ibnu Batutah?” tanyaku
“Ya,Ibnu Batutah. Seorang penjelajah muslim yang menjadi rujukan dunia.
Kehebatannya mampu melampui sejumlah penjelajah Eropa, seperti Christopher Columbus, Vasco da Gamma, dan Magellan. Dia menempuh perjalanan 120 ribu mil membelah lautan, tanpa bantuan mobil, kapal laut atau pesawat terbang. Kamu harus jadi seorang muslimah yang mampu menjelajahi dunia” Ucap ayahku
“Aku akan menjadi Ibnu Batutah untuk ayah” Ucapku tersenyum
*****
Gunung Guntur,Gunung yang memiliki ketinggian 2.249 Mdpl tapi memiliki sejuta pesona yang akan membuat siapa saja yang mengunjunginya akan berdecak kagum akan keindahannya.
Ketika malam datang, berdesir suara angin,pelan,riuh rendah melewati batas lembah. Bunyi suaranya,seolah sedang terjadi perbincangan. Memecah batas sunyi.
Sementara yang lain terlelap,aku keluar tenda malam itu. Menikmati kemegahan malam,meyaksikan gemerlap bintang.
“Aku pernah memimpikannya. Tapi melihatnya sedekat ini,selalu memberikan perasaan tersendiri” Ucapku dalam hati.
Langit malam berikan terangnya,nyanyikan rindu pada jejak sang petualang. Gemilang bintang warnai langit,terangi relung,dari jiwa para pengelana.
Ketika matahari terbit kita akan melihat spectrum warna jingga dibatas cakrawala yang sangat menawan. Tampak di bawah kota Garut masih tampak tertidur dengan lampu kota masih banyak yang menyala. Tampak di kejauhan Gunung Galunggung membuat perpaduan yang sangat menarik. Semakin tinggi matahari semakin nampak kemegahan alam raya ini. Di kejauhan juga nampak Gunung Cikuray dengan bentuk segitiga sama sisi sempurna. Juga terlihat Gunung Papandayan yang selalu berasap dan di utara tampak Gunung Ciremai yang merupakan Gunung tertinggi di Jawa Barat. Dan dari kejauhan juga muncul Gunung Slamet yang masih terus murka.
           Ini bukanlah akhir dari perjalananku.Masih banyak tempat-tempat indah yang belum aku kunjungi.
Karena disetiap pendakian atau perjalanan pasti selalu menyimpan kesan dan cerita tersendiri.
            Diperjalanan, terkadang terbesit kejenuhan,kelelahan beriring kekecewaan,bahkan hampir saja aku menyerah, Hingga aku menganggap takkan sampai pada ‘keikhlasan’

            Pada akhirnya, seiring kesabaran kini aku telah memahami banyak hal, dibalik duka dan luka yang dahulu menyempit didadaku, perlahan ia terbuka sejalan dengan usahaku. Kesabaran atas sikap Ayahku yang selalu melarangku melakukan pendakian kini terbayar sudah,Tiada lagi hujan dimataku yang kadang menyita hariku. Aku telah memahami arti kesabaran, Ia tak hanya terucap namun tertanam,bersama kedamaian hati seiring keikhlasan.

             Daun itu kecil,tapi jauh didalamnya terdapat banyak hal yang tersembunyi. Pendakian itu hanya satu kata,Tapi jauh didalamnya terdapat banyak kata,kalimat bahkan paragraf yang tak dapat diuraikan.
Jadilah seorang Muslimah yang mampu menjelajahi dunia. Hijab is not an obstacle to doing. Lets Travel!



Salam Lestari!

0 komentar:

Kamu dan Senja

April 06, 2017 Nisa 0 Comments

Hasil gambar untuk menatap senja berdua
Sumber : http://babehhelmi.com/senja-dan-kata-kata/


Tentang waktu, Tentang jarak, Tentang rindu

Yang selalu menghantui hari-hariku

Jadi,

Bagaimana kabarmu disana?

Aku selalu teringat tentangmu.

Tentang kita.

Bahkan aku selalu teringat saat kau masih ada disampingku

***

*2 Tahun lalu*

“Ra... Aku mau bicara” Ucapmu dengan raut wajah yang serius
“Apa?” Jawabku,sama sekali tak memalingkan wajahku dari smartphone-ku
“Ra.. Aku serius. Look at me”
“Iya apa Rizky sayang” Ucapku,sambil memalingkan muka kearahmu dengan malas
“Ra, aku harus lanjutin kuliah”
“Aku tau,Rizky. Itu memang kewajibanmu,Kan?. Lantas?”
“Aku mau lanjut kuliah di Kyoto,Jepang.Ra..” Ucapnya,dengan nada yang lebih rendah
“Jepang? Kamu ngapain ke Jepang? Di Bandung banyak yang lebih bagus ky. Kamu jangan bercanda. Gak lucu.”
“Aku serius ra. Aku dapet beasiswa buat kuliah disana”
“Oh.. Oke” Ucapku menahan air mata yang menggenang dimataku
Kamu hanya terdiam
“Kapan berangkat?” Tanyaku
“Lusa” Jawabmu singkat
“Maaf ra. Aku kesana hanya untuk melanjutkan pendidikanku. Zara, Percayalah sejauh apapun aku pergi kamulah tempatku kembali”
“I see. Aku ngerti Rizky. Aku akan selalu support apapun keputusanmu. Sejauh apapun kamu pergi kembalilah padaku. I trust you”

            Senja pun datang bersama sore yang hangat. Namun, entah mengapa tak seindah biasanya. Seolah mewakili perasaanku yang gundah karenamu.

“Ayo pulang. Senja-nya udahan” Ucapmu sambil menggandeng tanganku
“Ayo..” Jawabku lesu


***
Hari itupun datang.
Entah apa yang harus kukatakan
Rasanya kata-kata tertahan dilidahku

“Ra... Jaga diri baik-baik ya. Aku akan selalu merindukanmu” Ucapku menggenggam erat jemariku
“Aku juga..” Ucapku
“Ada satu hal yang harus kamu ingat. Kalau suatu waktu kamu rindu aku. Kamu cukup lihat Senja yang selalu datang bersama sore yang hangat. Kamu tau kenapa? Karena meskipun kita tidak berada di tempat yang sama setidaknya kita melihat hal yang sama. Senja.” Ucapmu menahan air mata
“Iya Rizky. Hati-hati ya disana.”

            Diapun pergi. Mengejar cita-cita dan harapannya. Meninggalkan separuh hatinya yang masih tersimpan rapi dihatiku.
            Aku menatap langit-langit kamarku. Masih ada bayangmu disana,tersenyum. Aku tak tau sedang apa kau sekarang.
“Aku akan selalu merindukanmu,Rizky” ucapku lirih

***
“Zaraaaaaa....” Teriak seseorang yang berada didepan kamarku,suaranya terdengar sangat familiar ditelingaku
“Zaraaaaa.... Buka pintunya dong. Ah elah lama banget” Teriaknya lagi, lebih kencang dari sebelumnya

Dengan langkah yang gontai aku menghampirinya.

“Apaansih dinda,Berisik banget lo” Ucapku sambil membuka pintu kamarku
“Ara,Lo harus tau.”Ucapnya,masih dengan nada cerewet yang sangat mengganggu telingaku. Begitulah kebiasaan Dinda yang selalu masuk rumahku tanpa etika.
“Apa?” Jawabku malas
“Lo kangen rizky kan?”
“Biasa aja”
“Eh gila aja. Lo kan hampir setahun gak dikabarin sama dia”
“Biasa aja” Ucapku datar
“Udahdeh lo mandi dulu sana nanti gue jelasin. Cepet ! “
Akupun langsung pergi tanpa menggubris ucapannya.

            Saat aku berkata ‘aku tak merindukanmu’ itu adalah kebohongan terbesar. Mana mungkin aku tak merindukanmu,Karena setiap melihat senja aku selalu ingat kepadamu. 2 Tahun semenjak kepergianmu aku merasa rapuh. 1 Bulan, 2 Bulan, 3 Bulan, 1 Tahun kau masih menghubungiku. Tapi, selama beberapa bulan terakhir kau menghilang begitu saja. Aku tak mengerti apa yang terjadi pada dirimu. Tapi kau tau, Aku akan selalu percaya padamu.

Apa kabar kamu ?
Bagaimana disana?
Baik-baik saja bukan?
Sudahkah kau menyapa senja ?
Apakah kau merindukanku juga?
Mungkin kau terlalu sibuk
Tapi kuharap, Kesibukanmu tak membuatmu melupakanku
Melupakan rutinitas kita untuk selalu melihat senja
Aku akan selalu ingat ucapanmu
“Ada satu hal yang harus kamu ingat. Kalau suatu waktu kamu rindu aku. Kamu cukup lihat Senja yang selalu datang bersama sore yang hangat. Kamu tau kenapa? Karena meskipun kita tidak berada di tempat yang sama setidaknya kita melihat hal yang sama. Senja.”
Kau ingat?
Sampai sekarang aku selalu merindukanmu,Rizky.
Setiap kali senja datang aku selalu melihat bayangmu disana.
Aku merindukanmu.

“Din.. gue udah selesai mandi. Mau ngomong apaansih lu?” Ucapku yang secara tiba-tiba muncul dihadapan Dinda
“Ra. Rizky mau pulang ke Indonesia dan Dia bakal langsung ke Bandung. Ketemu lo” Ujarnya semangat
“Oh ya? Lo tau dari siapa?”
“Nih. Tadi dia nelpon gue. Pake nomor temen gue yang pernah gue ceritain seUniversitas sama Rizky”
“Ohya? Coba gue pengen nelpon dia” Pintaku
“Jangan lama-lama ya gue baru isi pulsa. Itupun ngutang” Ucapnya memberikan HandPhone nya dengan muka memelas
“hahah,Iya tenang aja”
Jemariku lincah mengetik keypad HandPhone Dinda,Rasanya senang sekali tak bisa kudefinisikan.
“Halo..” Ucap seseorang diseberang sana
“Halo.. Ini temennya Dinda ya? Lagi sama Rizky gak? Boleh ngobrol sama Rizky”
Hening...
“Halo?” Darahku berdesir Menyusuri seluruh tubuhku. Jantungku berdegup kencang. Suara seseorang yang kurindukan,Suara yang sudah lama tak ku dengar.
“Rizky? Ini Zara” Ucapku semangat
“Zara?” Ucapnya. Suaranya sangat kukenal,meski sudah 2 Tahun lebih aku tak bertemu dengannya dan mendengar suaranya tapi suara itu tak akan pernah kulupa.
“Rizky... Aku kangen. Kamu apa kabar? Katanya mau pulang? Kamu kenapa ngilang tanpa kabar? Kamu baik-baik aja kan?”
“Zara,Aku baik-baik aja. Kamu gimana? . Iya,Rencananya aku bakal berangkat besok. Handphone-ku hilang ra,semua kontak hilang termasuk kamu dan aku baru ingat Dinda punya teman se-Universitas denganku. Maaf ra”
“Itu bukan masalah,Rizky. Safe Flight ya. Aku tunggu kamu disini. Aku rindu kamu rizky”
“Aku juga rindu kamu ra, Rindu senja .”
“Kamu hati-hati ya”
“I love you,ra”
Percakapan yang singkat. Namun sangat menyenangkan.
“Nih HandPhone lo. Makasih ya” Ucapku sambil menyerahkan ponsel milik Dinda
“Abis ah pulsa gue” Ucapnya sambil menarik hidungku
“Gue ganti deh. Bawel lu”
“Bener ya. Awas lu kalo bohong udah ditulis malaikat”
“Iya-_- “

                                                                        ***
Drrtttt....
Ponselku berbunyi
“Halo?” Ucapku
“Halo Ra. Aku udah di Bandung” Ucap seseorang diseberang sana
“Ohya? Kamu kok gak bilang ky?”
“Loh? Inikan bilang”
“Oh iya ya. Maksudnya kenapa gabilang pas udah sampai di Bandara kan aku bisa ikut jemput”
“Gak usah,ra. Yaudah aku istirahat dulu ya. Besok aku kerumahmu. See ya”
“Okey”

Bagaimana rasanya akan bertemu seseorang yang sudah lama kau nantikan? Bahagia bukan? Ya, Itulah yang kurasakan. Sederhana namun berarti.

Ting..Tong..
Bel rumahku berbunyi

Akupun bergegas membuka pintu

“Zaraaaaaaa..... Buka dong” Ucap seseorang di luar sana dengan suara cerewet nya yang sangat khas
“Apaansih Din. Pagi-Pagi ganggu mulu. Tumben gak langsung masuk kedalam rumah biasanya kalo kerumah gue lo gapunya etika” Ucapku sambil menyeretnya masuk kedalam rumah
“Zara, lo mau ngedate sama Rizky kan? Gue ikut dong. Gue gak ada kerjaan banget. Ya ra plis...”Ucapnya dengan nada memohon dan muka memelas
“Ganggu mulu hidup lo heran gue, Yaudah tapi jangan rempong ya” Ucapku Karna tak sanggup melihat muka Dinda yang memelas
“Okey. I love u ra” Ucapnya sambil mencium pipiku
“Najis”
 1 Jam..
 2 jam...
Waktu terus berputar namun Rizky tak kunjung datang

“Rizky kemanasih yaelah” Ucap dinda
“Kok lo yang repot sih?” Ucapku heran
“Telpon ra Telpon”
“Pinjem HandPhone lo dong”
“Yah ra.. Gue gapunya pulsa”
“Bentar aja din.” Dengan nada memelas
“yaudah deh nih. Jangan lama-lama ya janji lo ganti pulsa gue waktu kemarin aja belum ditepatin. Gue masih ngutang ra..” Ucapnya
“Basi ah lo ngutang mulu” Ucapku sambil merebut HandPhone miliknya

“Rizky?”
“Ini siapa?” Ucap suara seorang perempuan yang kukenali
“Ini Zara bun. Bunda masih inget?” Ucapku
“Oh Zara. Iya Bunda inget” Ucap seorang perempuan yang ternyata adalah Ibunda dari Rizky
“Rizky ada bun?”
“Rizky...” Ucapnya lirih
“Kenapa bun?” Ucapku panik
“Rizky tadi kecelakaan ra waktu mau kerumah kamu....”
“Sekarang ada di Rumah Sakit mana bun?” Ucapku memotong ucapan bunda yang belum selesai
“Harapan Indah”
Akupun langsung bergegas pergi ke RS Harapan Indah.

Sesampainya disana..

“Bunda? Rizky gimana bun?” Ucapku panik
“Bunda gak tau ra,dia belum sadar. Kamu mau masuk?”
“Boleh bun?”
“Silahkan”
Akupun memasuki ruangan UGD dimana rizky terbaring lemah
“Rizky? Ky... Aku Rindu kamu” Ucapku tak sanggup berkata-kata
“Rizky. Sore ini aku pengen liat senja sama kamu. Kamu bangun ya” Ucapku lirih

Tiba-tiba elektrokardiograf yang ada diruangan itu menunjukkan flat line
Dokterpun datang dan memintaku untuk menunggu diluar

Beberapa menit kemudian,
Dokter keluar
Semuanya terlihat panik dan raut wajah Dokter  menunjukkan bahwa telah terjadi sesuatu yang buruk

“Dokter gimana?” Ucap bunda masih mencoba tenang
“Maaf bu, Anak ibu. Rizky tak bisa kami selamatkan” Ucap dokter dengan nada pasrah

Bagaikan petir yang menyambar ruangan itu
Tiba-tiba semuanya
Hening..
Diam....
Senyap...

Dia pergi..
Meninggalkan separuh kenangannya bersamaku
Rizky....
Bahkan belum sempat kau mengucapkan sepatah katapun kepadaku

“Ra. Ini ada Bucket bunga yang tadi rizky bawa buat kamu” Ucap Bunda sambil menyerahkan sesuatu
“Makasih bun”




Hai,
Zara Laurentina...

Perempuan yang sangat kucintai
Maafkan aku,
Telah membuatmu menunggu dan mengkhawatirkanku
Dengan tidak memberikanmu kabar dan menghilang begitu saja
Tapi,
Yang harus kamu tau
Aku akan tetap mencintaimu ra
Sampai kapanpun
Mungkin,
Tak selamanya aku akan disampingmu
Tapi,
Aku akan selalu menjadi seperti awan putih dibawah sinar matahari
Yang meski tak kau minta,
Namun selalu melindungimu dari panasnya terik matahari
Aku mencintaimu
Aku mencintai senja
Sesederhana itu
Aku ingin kamu seperti senja
Dia bisa saja nampak kuat dan hangat
Padahal sebenarnya dia rapuh dan perasa
Aku merindukanmu...
Aku akan selalu merindukanmu....
Senja dibahuku
Malam didepanmu
Teruslah berjalan dan melangkah
Kau tau,Ku tau
Aku ada
Selalu ada

Kamu dan senja
Adalah dua hal yang paling kusuka


                    Rizky










































Air mata mengalir dengan derasnya membasahi surat terakhir darimu,
Aku akan menjadi seperti yang kau pinta
Aku akan Kuat dan hangat seperti senja
Satu hal yang akan selalu kuingat,
Jika suatu waktu aku rindu kamu. Aku cukup melihat Senja. Kau tau kenapa? Karena meskipun kita tidak berada di tempat yang sama setidaknya kita bisa melihat hal yang sama. Senja.

Karena Kebahagiaanku adalah
Kamu dan senja

Sesederhana itu.

0 komentar:

Komorebi (?)

February 25, 2017 Nisa 0 Comments

Ialah fenomena dimana sinar matahari berinteraksi dengan pepohonan
Sederhananya, Komorebi adalah momen ketika cahaya matahari terpancar dari celah-celah dedaunan

Memang Indah. 

Aku menemukannya, 
Menemukan Komorebi ku. 

-N-

0 komentar: