Hujan yang selalu siap mengobati kemaraumu (ReMake Dwitasaridwita)

December 16, 2015 Nisa 0 Comments

Aku mencintaimu dan hal itu bisa kaubaca dari mataku, mata yang selalu menatapmu. Saat itu, di mata gadis seusiaku, kamu adalah pria sempurna. Lihatlah kacamatamu, lensa tidak terlalu tebal dengan frame berwarna hitam. Matamu sipit, tapi itu bukan kekurangan bagiku, mataku juga sipit, ya, mata kita sama . Pipimu tidak tirus, pas dengan rahang yang juga tak terlalu tegas. Bibirmu tipis, sempurna untuk menjatuhkan ciuman pertama.
Aku mencintaimu dan hal itu masih bisa kaubaca hingga saat ini. Kamu, pria yang kucari bertahun-tahun lamanya. Mungkin, wajahku terlihat lebih segar karena aku menyembunyikan jutaan peluh, ribuan keringat, ketika terseok-seok kelelahan mencari keberadaan dirimu.
Aku mencintaimu.apakah kamu juga merasakan hal yang sama? Sekali lagi aku menatap wajahmu, kamu terlalu tampan untuk gadis bodoh sepertiku, gadis yang menghabiskan hari-harinya hanya untuk menunggu pria yang tak akan pernah jatuh cinta padanya.
Aku mencintaimu dan dekat denganmu seperti ini, membuatku semakin sulit untuk bernapas, napasku tersengal seakan ingin tertawa tapi sebenarnya aku menangis.Harusnya aku sudah berteriak sejak tadi, menangis, bertanya, meminta penjelasan mengapa dia pergi dengan begitu mudah? Mengapa dia pergi tanpa lambaian tangan? Bayangkan saja, gadis tolol ini telah menunggumu selama ini dan kamu tak membiarkan dia menjelaskan apa yang menjadi endapan dalam hatinya.
Aku mencintaimu, sayangnya kamu memperlakukanku seperti gadis bodoh yang jemarinya seakan sudah berada dalam genggamanmu.
Aku mencintaimu lalu sekarang apa arti pertemuan kita kali ini jika hanya ingin menimbulkan luka di hatiku?
Aku mencintaimu, Aku tak peduli siapa perempuan yang lain yang kau dekati, aku tak ingin tahu apakah kamu juga mencintaiku atau tidak, aku tak ingin memahami apa arti perhatianmu kali ini, yang jelas aku tak ingin kehilangan kamu untuk yang kedua kali.
Aku mencintaimu, gadis yang diam-diam mengagumimu meskipun mungkin kamu hanya hidup dalam angannya. Arahkanlah pandanganmu padaku, aku tahu aku ini hanyalah bumi yang merindukan langit teduh sepertimu, tapi izinkan aku menjadi hujan yang selalu siap mengobati kemaraumu.

You Might Also Like

0 komentar: