Terlalu cepat (ReMake DwitasariDwita)

December 17, 2015 Nisa 0 Comments

Untuk Batu Karangku, si kuat yang berhasil menghancurkan pertahananku.

Sehabis hujan sore ini, aku kembali membaca ulang percakapan kita, saat aku dan kamu masih menjadi dua manusia yang bisa dibilang punya kecocokan juga kesamaan. Aku tertawa walaupun diam-diam hatiku teriris mengingat bahwa hal-hal manis ini tak mungkin terjadi lagi. Tak mungkin lagi aku berharap bahwa kamu akan berubah jadi pria yang dulu begitu kukenal, yang kehadiran selalu sulit kuduga, dan yang diam-diam memperhatikanku dari kelasmu yang memang tak terlalu jauh dari kelasku.
 Aku masih mengingat mata sipitmu yang indah dibalut kacamata entah minus berapa, bibir tipis melengkung sempurna yang aku biarkan terus berkata meskipun kadang aku tak memahami pikiranmu yang terlalu bebas. Aku masih ingat betapa suara lembut merasuk masuk ke telingaku. dan banyak hal lain yang jika semakin kuingat, semakin membuat dadaku sakit. Aku tak sadar mengapa perkenalan yang tidak sengaja ini sukses membuatku berharap terlalu jauh pada sosok terlalu sempurna sepertimu.
Bagiku kesempurnaanmu adalah beban sangat berat untuk gadis seusiaku. Aku hanya perempuan biasa, prestasiku tak seberapa, hobiku hanya menulis dan bermimpi, hanya itu yang bisa aku lakukan. Kamu? Dan, kamu? Kamu adalah pria luar biasa, yang diceritakan begitu sempurna dalam film dan rangkaian peristiwa drama, kamu menari, bergerak, berjalan dengan anggun; sementara aku hanya gadis lugu yang hanya berani menatapmu dari jauh dan berharap bahwa pertemuan pertama kita adalah mimpi yang akan terus berlanjut. Aku berharap tidak pernah bangun, berharap tak ada orang yang menyadarkanku bahwa mendekatimu adalah sebuah khayalan yang terlalu tinggi.
Dan, ternyata kamu memang tak sejauh matahari, kamu bukanlah sebuah ilusi. Aku semakin jatuh cinta padamu. Aku tak pernah paham apa yang membuatmu kini menjauh, aku tak tahu mengapa kaulebih percaya cerita mereka daripada pengakuanku. Aku tak tahu mengapa hubungan yang awalnya kukira hanya main-main ini ternyata menimbulkan luka yang luar biasa dalam bagiku.
Terlalu cepat jika semua harus berakhir. Terlalu cepat jika aku harus kembali bersedih karena kehilangan kamu. Aku sedang di puncak sayang-sayangnya sama kamu, sementara kamu mendorongku dari atas sana, membiarkanku terjerambab, terjatuh sendirian, dan kamu tertawa seakan tidak melakukan kesalahan. Ini terlalu cepat, Batu Karangku. Perempuan yang selalu kamu sebut dengan Laut ini masih ingin memperjuangkan dan menunggumu. Mulngkin, ini tidak akan pernah adil untukku, namun apa yang bisa aku tuntut? Kita tak punya status apapun, menangispun rasanya tak akan membuat kita kembali seperti dulu.
Aku tidak membencimu. Aku cuma benci hari-hari tanpamu. Aku tidak akan pernah menyesal pernah mengenalmu. Aku hanya menyesal mengapa dulu saat kau tawarkan perkenalan, aku terlalu cepat untuk mengulurkan tangan?

   Dari Lautmu, yang tenang, diam,
tapi selalu mendoakanmu.

You Might Also Like

0 komentar: